My blog has moved!

You should be automatically redirected in 6 seconds. If not, visit
http://balonwarnawarni.wordpress.com
and update your bookmarks.

expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

November 1, 2009

..Hiatus..


..Maaf..
..Saya akan hiatus dari blog ini untuk sementara...


My battlefield
And the aging world..

Sampai di titik dimana tak tahu lagi siapa yang harus dipercaya
[kecuali nurani yang sudah lama tak saya dengarkan - yang dulu ditulikan]

Kali ini, biar energi hanya dipakai untuk menambal sayap yang tinggal satu
tak sepasang, karena satu hilang dicabik tangan gelap masa yang melebam biru
Kali ini, kataata menghilang ditengah rapuh -
membunuh gadis kecil, nona pelangi, kstaria, naga, para dewi, vampir malam hari, putri cahaya bahkan matahari dan rembulan serta cakrawala dan angin, dan semua tokoh buku dongeng..
membakarnya satusatu, lamat lamat , dan menghidu asapnya!
Bukan saya tak percaya pada puisi
tapi habis semua daya untuk semua bahagia yang maya
ketika nyata adalah roda jeruji, darah, keringat dan luka
ada yang teramat pantas diperjuangkan!
saya : kembali ke dunia nyata.

Entah dimana tempat saya. Hutan hujan atau pantai tak berujung. Atau cakrawala senja. Atau langit luas tak bertepi. Tapi dengan satu sayap, kali ini saya terbang. tertatih. mengerahkan semua energi dan daya. memburu bayangan diri di cermin semesta hingga ke tempat inti bintang lahir. berjuang untuk terbang hingga takdir diputuskan oleh Sang Maha. Karena saya harus bernafas. hidup. mencinta. mencipta. berkelana.

..Ada dunia yang saya harus berjuang disana..Ada yang berjuang dan memperjuangkan. Ksatria dunia nyata dimana darah adalah darah. Bukan rayuan kata atau rima..bukan dilemahkan oleh puisi tak bermakna untuk sementara. lagipula kata jadi kosong dan rima melompong. Saya, ingin mewujudkan kata, diluar sana...Dimana battlefield adalah sesuatu yang nyata!



So long... 'til I find (again) the meaning of words..:)

October 13, 2009

Angel



I've run out of answers


Mengapa? Pertanyaan yang tak terjawab. Atau mungkin hanya menyisakan isak tangis dan lara di ujung lidah, untuk tahu bahwa kebahagiaan di depan mata tak terepih sama sekali. Mengapa harus? Mengapa ada? Dan sejuta mengapa yang kita jawab dengan saling bersandar, merasakan cinta yang membungkus udara, dan amnesia sejenak melupakannyata dimana kita harus bangun dan berhenti berfantasi.

I've run out of time

Jam hidup berdetak. Seperti menghitung mundur menanti hukuman mati. Ah, aku butuh jawaban, Tuhan... Ternyata lelah bisa merajam dan sakit bisa memercik.. Ternyata bahagia bisa menjadi langit semesta dan cinta bisa mengobati dunia.. Tapi waktuku hampir habis. Beri aku jawaban, Tuhan.. Atau ini cuma salah satu lelucon agung-Mu? mempertemukan refleksi dalam satu kaca takdir tapi lalu merenggutnya?

I'm so confused that I'm losing my mind

Bimbang. Tuhan, tolong... Kebahagiaan dan damai adiktif ini, adakah semu? Atau mungkin aku tahu ia semu tapi tetap dengan bodohnya menjalani? Atau mungkin suratan memang bukan untuk dipertanyakan?

It's gonna take a miracle to help me this time

Perlu lebih dari sekedar keajaiban, Tuhan.. Ataukah aku masih bisa percaya mimpi dan bahagia masih layak diperjuangkan? bahwa aku berharga? Atau semua ini lagi lagi hanya caraMu bekerja, yang tak akan pernah aku mengerti? Atau mungkin kini kau sedang mempersiapkan satu lagi keajaibanMu? Ataukah keajaibanMu terkadang berbentuk kesakitan?

I'm traveling a road that has not one sign

Tak ada tanda baca. pertanda atau firasat. Karena aku terlalu takut mendengarkan, Tuhan..Aku terlalu takut menjelang saat dimana bulir detik waktu berharga yang kupinjam sebentar ini akan berhenti dan berganti suram pedih tak bertepi... Ah, beri aku satu pertanda, Tuhan...

I'm carrying a load that's too heavy for me

Aku tak akan mengeluh untuk luka. Aku tak akan mengeluh untuk kesakitan.Aku tahu selama ini aku cukup kuat, Tuhan.. Beban ini masih bisa kubawa. Tapi mengapa sesak ini melemahkan diri? Mengapa sayatan nyata tentangnya bisa menyakitkan diri separah ini? Ah, kuatkan aku, Tuhan..

I've nowhere to go, so I'm down on my knees...

Kali ini Tuhan, aku berdoa...
untuk satu mimpi dan harap yang mungkin tak boleh kupunya..
untuk beban dan luka yang tak keberatan ku tanggung..
tapi kali ini Tuhan, aku mau berdoa untuk satu saja...
Aku ingin bahagia.

Help me..

Tuhan, Kau disana?

Have mercy for me,
this my cry, this is my plead

Tolong, kali ini saja...Tuhan...Selamatkan aku...

I need an angel, I'm callin' an angel
Send me an angel down
Send it all down

Mengapa aku bisa jatuh cinta dengan seorang malaikat yang kau kirim untuk meyelamatkanku? Seorang yang kau pertemukan denganku di depan cermin takdir saat kami berkaca ke beningnya nurani satu sama lain dan menemukan keabadian disana? Seorang malaikat berwujud manusia yang sedetik lagi akan mengabur merapuh melebur ke sebuah peluk sinar yang akan memilikinya selamanya? Katakan, mengapa?

something inside of me, tellin' me the morning will come
sometimes it's hard to face the truth so we run

Apa aku berlari dan takut? Aku harap aku bisa, berlari hingga tersesak, menghindari sakit yang membelenggu dan menindik hati tiap kali efek pil amnesiaku habis dan aku tersadar pada nyata. Aku berharap aku punya sejuta galon anastesi untuk menenangkan diri. Aku harap aku bisa membenci. Aku harap aku bisa membohongi diri. Tapi dia adalah kebenaran untukku. Telaga jernih tempat teduhku. Pagi tempat jiwaku rebah. Belahan jiwa satu satunya...

God if you care at all please don't let me fall by the wayside

Aku ingin bahagia. Satu keinginan egois, aku tahu, Tuhan.. Tapi labirin ini mulai memusingkan dan gelap mulai mencengkeram hati dengan kuku kuku hitamnya, mengaburkan semua pengorbanan dan ikhlasku , menggantinya dengan rasa ingin memiliki, yang nantinya mungkin menyakiti.. Atau mungkin malah aku membohongi diri sendiri dengan berkata bahwa tak apa ia pergi? Tuhan, aku tak mau hancur lagi...

Please be my guide , would you light my path

Tolong...
Ataukah ini caraMu mempersiapkan keajaiban?
Ataukah diujung semua kelu pedih gelap niskala ini kau mempersiapkan cahaya?


Take me,

Rengkuh aku,

shape me,

Bentuk dan kuatkan aku
Kuatkan hatiku

mold me ,

Jadikan aku hati yang memberi
Jadikan aku legawa dan bisa menerima
Jadikan aku : mencinta sepenuhnya,
tanpa menuntut se atom pun balasan
tanpa merandang
tanpa menginginkan,

change me,

Ubah semua menjadi kepasarahan bernama cinta, Tuhan..

teach me,

Ajari aku memberi. Menikmati hari. mencinta tanpa bertanya, apalagi merajuk menuntut semu meyakiti dan membebani...

Ajari aku menerima keajaibanMu

fill me,

Penuhi aku. Dengan cahaya malaikat yang kau kirim untuk meyelamatkanku. Penuhi aku dengan semesta agar bisa menerima cahaya itu adalah takdirMu dan hadiahMu : Kau bisa mengambilnya kapanpun dengan caraMu. Bahkan dengan waktu. Walau mungkin separuhku akan lebur hancur saat ia harus dimiliki

Tuhan, Tolong..
Kali ini saja...
Aku berdoa :
Aku ingin bahagia.

Selamatkan aku..

save me


...





*Inspired by : I need an angel - Ruben Studdard

September 29, 2009

(masih) After the rain..

Take off your coat...
Put off your umbrella, little Lady...
Move on,
Put on a smile, little Lady

Storm's over, Rain's over...
There might be no rainbow,
but a clear sky in your soul..

Erase the tears,
Forget the fears,
It's all said and done, little Lady..

Smile, little Lady,
See the horizon and smile...

After the rain..

Nona kecil mendongak memandang langit
Badai pergi, dibawa tiupan bayu, basah hujan berlalu
dan dia mencari pelangi : menuntut janji tentang warna , dan bahagia
yang harusnya datang setelah hantaman badai meraja

Tapi ini malam hari, nona...
Tak ada matahari, apalagi pelangi
cuma lamat lembut sapu bayu, lintang terang dan bulan di langit cerah : indah bukan?
meski bukan bianglala yang selalu terbawa mimpi
cukup cakrawala tenang dan selimut lembut cahaya chandra
cukup remang temaram dan hey! lihat ada satu kerlip mengedip!

[percayalah nona kecil, ini damai tak terdefinisi - tak peduli seberapa kelam hari]


Silently Sit...

Duduk diam saja ya...
Karena kau bukan sang dewi
yang dielu-elukan dan diperjuangkan
hingga titi8k lelah penghabisan

jadi akankah kau duduk diam, saja?
melihat ksatria ksatria bersliweran mencari putri untuk diselamatkan?
atau para maharani dari kerajaan bersulam awan
melihat ksatria menghunus pedang menebas naga,
[tak pernah demimu...]

Diam saja!
bermimpi itu melelahkan
bangun dan meregang nyata jadi menyakitkan
hey, jangan mencintai!
kali ini dengarkan nurani : duduk manis, diam..
jangan biarkan airmata terajam..

Hey, bagaimana lagi agar kau mendengarkan?
setelah tamparan..
pelukan...
cacian...
penyerahan...

ini pertanda, gadis kecil..
tak ada yang bisa kuat meregang untuk seorang keras kepala
tak ada yang bertahan terbang disambing hembus sayap niskala
[yang kini pun ku tak yakin kau masih punya]

Jadi kali ini, jangan nakal!
jangan mencinta!
jangan percaya!
jangan terbaca!

Lelah, kan?

Duduk diam, saja...




September 22, 2009

[Mati Suri]

Kali ini si gadis kecil kehilangan daya untuk menulis.

Ia sudah membunuh bintang yang kerlipnya menginspirasi.
Ia sudah memadamkan lentera yang meneranginya merangkai kata
Ia sudah mematahkan penanya, dan membuang tinta aksara.

Kali ini si gadis kecil ingin istirahat saja.

Mencari bintang baru..
Atau mungkin bila bintang terlalu tinggi dan menyilaukan,
kali ini selintas kunangkunang di pelupuk genggam tangan sudah cukup

Menyalakan lentera baru..
Atau mungkin bila terlalu penat untuk sekedar menyalakan lentera,
kali ini sebentuk kecil lilin bisa memadu pelita dan jadi hangat jiwa

Mencari pena baru,
Mengisinya dengan tinta
yang mungkin bukan lagi warna pelangi,
tapi cukup bening hujan dan kelam malam...

Gadis kecil, undur diri sebentar saja....

September 7, 2009

Hibernasi

Tanpa tanda tanya.
Dan sudah seharusnya.

Tanpa tanda tanya.
Dan disini kita : berhenti.
[dan berkaca]

Hening saja,
dan dengar.

Jarak yang direka
Tanpa tanda tanya





after all..

August 6, 2009

...it feels to be angry

I wish I knew how...

...Dari semua sendu dan penat yang lamatlamat mengganggu,
ingin teriak terisak tumpahkan semua sesak kemukamu!
karena jadi lembam semua gerak dan geram jadi takteredam...

Terinjak hati, mengapa kau takpernah hatihati?
Berdarah,
seperti satu manis yang terjarah..
Terantuk,
seperti amarah yang dikutuk..

Tapi takpernah bisa
takpernah tahu..

ah, takkan pernah kaulihat badaiku di langit kita...


I just wish I knew how...

May 13, 2009

Ode to a firefly...

...kunang kunang kecil
ia tersesat dimimpiku tadi malam
tentang pedihnya tebang dalam kabut
dan tak tahu arah - semua benar mengkerut

tadinya kunang kunang kecil punya rembulan
tapi terusir oleh kota dan gemerelap pijar neon terang
tadinya kunang kunang kecil punya rembulan
besar dan bersinar walau tak pernah tersentuh
tapi terusmenerus dicinta dan dipuja : kesana arah langkah

...kunang kunang mungil
ia tersedu di mimpiku tadi malam,
pelan pelan sinarnya meredup
hingga buyar semua kerlip suara sayup

Kata kunang kunang:
Kau tahu mengapa aku bersinar?
aku ingin mirip sang rembulan,
yang sempurna penyinar dan penunjuk arahku
aku ingin juga bersinar, walau kecil

namun kini
rembulan mati
kunang kunang mungil dikhianati...

ia terbang limbung
dan tersesat di pinggir jendela
terserak di ujung cerita
mimpiku tadi malam...

[ah kunangkunang,
rembulan itu
kekasih sejati
sang matahari,
ia pemantul sinar,
dari sejatinya surya yang memancar...

Jadi kunang kunang,
jangan iri,
atau mau mati...?]

May 11, 2009

On the bus ride ...

Bayang tandus..

Dan siluet tajam yang berusaha meraihmu,
melintasi kebingungan udara, ditiap osilasi sinyal jiwa..
merepih tiap detik suaramu

[kudengar kau dari ujung kejauhan sana :
bagaimana hariku, tanyamu]

Ah, hariku akan terus menerus terik, bukan?
Katamu intiku matahari, tapi semua fusi kini buatku ingin mencekik hati
kerontang ditelan gersang,

ah kamu!
Puaskan dahagaku, rembulanku, dengan malam malam berselimut degup jantung kala rentang khatulistiwa menjelma luas dunia dalam peluk sejukmu, kala benderang bintang diatas oase adalah renyah tawamu, rima senyummu, dan dingin angin menyesap kala kuterdiam menikmati seteguk damai di kokoh pundakmu.

[di ujung sana : kutanya kabarmu, apa kau baikbaik saja?
Suaramu mengambang jauh. Terakhir kau bilang, ingin segera tidur saja...]

Ah,
Sampai jumpa di mimpi?
[tempat khatulistiwa dan gurun melebur
tak berarti
di rindu
tak terperi....]

March 28, 2009

I dont know what I can save you from....

Persetan dengan bintang biru!

Apa jika ujung ujungnya terlalu tajam dan menghunus belati ke tiap detak nadimu? ah kau yang membuat dirimu nangis sendiri, ah kau yang dengan bodohnya tenggelam pada sunyi.. berharap suatu hari semua luka tertutup bila terus tergarami. Sudah biar saja tersenguk tersayat tersesak sendiri toh katanya kau pantas dirajam ah takkah rasa kau masih berjiwa! Apa semua pahit bila redup tak terjamah dan makna jadi tak ada, tak usah saja sekalian pada keabadian terukir nama galaksi! Persetan dengan semua mitos dongeng happy ending, bagaimana bisa kesana jika jiwa tertatih luka?



Maaf...
Tapi persetan dengan bintang biru.

Atau pantulan bulan. Atau reaksi fusi mentari. Atau ledakan supernova. Atau membekunya energi. Persetan dengan semua rima manis dan kisah yang malah tragis. Persetan dengan keakuan, keengkauan dan kekitaan. Kau mulai tak percaya nadi ini ada untuk menghantar detak osilasi nyawa dan bukannya untuk didera. Ah bahkan kau tak tahu dari apa kau meyelamatkannya. Atau cuma menyemat lagi satu tanda mata? Maaf untuk memaki, hasrat ini redup. Sekhayal bintang biru sialan yang berputar diorbit semesta dan menandaknandak meminta jatah jadi jumawa, ah ia memang pusat semesta jadi mau apa?


Katamu,
Mau kamu, bintang biru..



Persetan dengan segala mau dan mimpi - toh nantinya cuma atom labil belaka saja, atau lebih buruk, dikira dusta?!?!?! Jadi sebaiknya diam saja, segel itu esensi kata dan tak usah bicara. Oh, lebih baik lagi, mengapa tidak membekap mata seperti gandhari, dan oh akhirnya melahirkan ribuan raksasa? Ah itu benci yang menggeliat atau rasa percaya gelap yang terkikis semua sebab chaotic entah apa. Jaid jangan lagi bilang mau bintang biru! Persetan semua itu!




Tetap saja....
Kau kata:
Mau bintang biru...




[sementara ia. bintang biru.tak ternyana]


*karakter bintang biru adalah copyright dari dicky.

Dreamy Mumble#1

Berpusing di satu mimpi warnawarni tentang gulagula pink dan belati. Ah biar semua kilat cahaya itu mendesing! biar baur semua batas nurani - aku senang sedih sendiri dengan candu kuhirup dalam dalam sampai rasanya mau mati.

[mungkin memang pantas tersakiti hingga nanti tersadari betapa lelah diri ini terus menerus memar dan berdarah]

"PLAK!"

Nona kecilku menamparku. Hingga hilang semua bintang dan bulan angkasaku yang berpilin ditengah asap memabukkan dimana aku menagis tertawa tersenyum merapal semua sendiri. Ah nona kecil jangan bangunkan aku, biar saja aku bodoh dan menistakan diri untuk sekedar sedetik mengecup wangi nektar abadi dari semu jemu asmara. Ah nona kecil biar aku membodohi diri sendiri hingga tak sadar betapa sering si belati menyayat nadi [atau aku mungkin sadar tapi tak mau tahu?] hingga tak lagi merasakan sesak yang memburu dan merengut nafas tiap kali satu keping sabar diri terinjak lagi [ ah bahkan aku akan diarak kelilingkota dan dirajam dengan hinaan - pembohong besar!] dan lagilagi menarik nafas dalam dan membiarkan satu bulir darah tertetes pelan dari sayap usang yang tercabuti. Cukuplah segala dongeng peri, memang kenapa kalau aku hanya ingin disayangi? Walau itu berarti lagilagi tersenyum menahan perih [sampai kapan mau begini, hardik si nona kecil yang terdengar samar mencuri paksa masuk mimpi] Ah aku yang jadi lupa rona merah di semangkuk ceri..

"PLAK!"
"PLAK!"

Nona kecil menamparku berkalikali malam ini...kala aku ngelangut menghancurkan diri di setiap hirup bulir candu bernama mimpi. ah memar biru menyadarkanku pelanpelan bahwa hati ini masih ada tanpa harus ikut menghitam...bahwa diri masih layak mencintai tanpa sakit menyakiti.. Ah kata nona kecil sayapku masih bisa hingga ujung bianglala. Ia percaya. Mengapa aku malah purapura sayap itu tak ada dan menggarami luka?






" Idiot! When will you wake up?!"




*Nona kecil...terimakasih untuk membangunkanku malam tadi*

March 22, 2009

Sunday, someday..

Sunday , someday...
(I wish it's this sunday)
Wish it'd be ordinary sunday..
ordinary lazy day...


ah bukan hari ini. Aku masih harus berkeluh kesah lagi tentang segala gulana diri tentang benteng diam berkarat sepi beban yang berduyunduyun datang. Ah memang bukan hari ini memang masih ada mentari, tapi bukannya cuma menghangatkan ,melemah ditimpa dentum mesin berdentam. Osilasi yang tak pasti. Mimpi mimpi orang terdeviasi. Ah tak bisa disini kuletakkan semua ekspektasi? ritme peluh dan segala sesak : tak pantaskah aku bila berhenti berharap? [ah mana terlihat semua takut yang ingin ditutupi?]


ah kau tak mengerti
(atau mungkin memang tak mau?)
ah kau tak disini
(selalu saja tercuri waktu)
atau..
memang aku si badut pembohong?
yang mencoreng muka warna warni
hingga tak lagi terlihat pedih diri?
[dan seperti biasa tak dipercaya..
badut pembohong terus saja dibuat bengong..]

ah susah sekali mengharapkan merintis hari menambal satu satu memar biru di plester warna warni ah sulit sekali membayangkan sunyata pagi memaksa kepala tertunduk lelah untuk berdiri menulikan telinga dari semua caci padahal hanya ingin satu hari...

[dan di sayup lagu cengeng kudengar ia memaki]

it's someday,
someday...

one day..


suatu hari dimana kala terbangun bisa kubermalas sejenak hingga mentari menciumi dan berjingkat mencuri masuk selimut satu hari dimana kepul uap teh dan roti coklat serta tawa dan canda, ah mari beristirahat di sofa! suatu hari dimana tak lagi ada runtukku yang kemaruk ingin bahagia.. suatu hari dimana (mungkin) mimpi terkabul dan bisa mendekapmu sesukaku, menciumi raut pagi semauku dan bersandar di hari minggu...


I wish it's sunday, ordinary day,

Sunday , someday...
(I wish it's this sunday)
someday, sunday....






*wondering...when my someday, sunday will be....*

March 15, 2009

The Death of Sleeping Beauty



"Mereka bercerita terlalu banyak tentangku, tapi kurasa kau sudah tahu"

kau masih tertidur. persis seperti apa yang dikatakan di dongeng dongeng tua, aku bisa menemuimu di menara kastil tua yang terlupakan, seperti orang orang kota yang melupakan rembulan demi memandang kembang api dan kerlap lampu gas warna warni

[kau tahu, orang orang kota itu membosankan. mereka tak percaya mimpi. tak sepertimu yang menjadi bagian dari cerita peri]

"Mengapa kau tetap indah?"

ah... dalam wajah pucat tertidurmu, segar wangi langitmu masih bisa dikecap. Tak tahukah dulu, dari balik bayangan malam, aku sering mengintipmu diamdiam, kau yang bersenandung selembut langit yang kau pijak. Tak mengerti aku mengapa kau tanggalkan kedua sayapmu hanya untuknya, si manusia bumi tak berguna. Bahkan kini dillelapmu bisa kubaca satu pengharapan perih rindu.

"Sssh. Semua akan baikbaik saja walau akhirnya tak selalu bahagia"

kau masih terlelap. Tapi aku bukan berbicara pada ragamu melainkan pada jiwamu...Suara suara yang mengapung dan terbangun, mengawang masih menanti sebentuk cinta. Ah, seandainya saja aku datang terlebih dahulu -tapi aku takmungkin datang bila belum waktumu- Tapi kau, kau yang dengan bodohnya mau saja menjadi manusia, melepas sayap keemasanmu, lalu merelakan diri dikutuk hingga lelap terantuk fana, hanya demi menunggunya.

"Ia tak akan datang, tapi aku adalah kepastian untuk semua yang tak abadi"
[dan kini dirimu bukan lagi bidadari..]

[Hhh. ia. yang menyerah di belantara ketika monster berduri mencekiknya dan si penyihir menjebaknya di rawa penuh curiga dan makhluk makhluk lentera - ia, yang untuknya dirimu tak akan pernah cukup untuk membakar jiwa. Ia yang akhirnya lebih memilih kenyamanan pinggir desa -ah mana ia tahu kalau perempuanperempuan dari pinggiran di bar itu hanya ingin jadi permaisurinya tanpa peduli cinta- daripada mesti menyobek lagi kulit pualamnya demi menyebrangi belantara untuk sampai ke kastilmu. Hh..aku tak sabar menunggu waktuku kepadanya, karena saat itu akan kutunjukkan betapa menyesalnya ia tak menghunus pedang dan tamengnya untuk meyelamatkanmu]

" Maaf, kita harus berjumpa seperti ini.."

Aku mendekat. mengusap wajah pucatmu dan mata tertutupmu [ah, aku masih mengingat sinar mata terakhirmu ketika bidadari dulu], mengagumi bibir merahmu. [betapa terang dulu sinarmatamu sebelum diamdiam kau mencabik sayapmu, turun ke dunia dan menjelma bayi yang tumbuh menjadi putri jelita lalu dikutuk tertidur ,hanya untuk mengejar titisan jiwanya yang begitu kaupuja... Merelakan semua abadi demu satu rasa: kecupnya.. Merelakan sakit tak terperi demi mimpi suatu hari kau akan terbangun disisinya setelah bersemu semua cinta yang tertunda... Ah betapa memang kau ini melankoli?] Tapi itu mungkin wajar bagimu..kau...kau bidadari. Ah. Dan aku adalah makhluk yang tak boleh mencintai. Hh.. Tapi bagaimana bisa kuhilangkan mimpi tentang bibir merah bersemumu, yang sekarang hanya sejengkal dari wajahku?


"Maaf, karena bukan sang pangeran tampan [yang kaukira belahan jiwa] yang mengecupmu dan membuatmu terbangun dari tiduk nyenyak tanpa mimpimu.."


"Maaf, karena kecupan ini [yang mungkin satusatunya ciuman yang pernah kau kecap] harus datang dariku..Maaf jika ini bukan untuk mematahkan kutuk, tapi justru merengut fanamu..paling tidak..aku mencabut semua penderitaanmu.."


"Sst...Biarkan aku mengecupmu. Bukan hanya untuk menjalani takdirku sebagai sang pengakhir"


"Ah..Kau taktahu.. sudah separuh keabadian kuhabiskan membohongi semesta bahwa bibir ini tak menginginkan menciummu, sekali saja
"








Dan kematian mencium sang putri tidur.. Kecupan dalam, lamatlamat bara dan lama... seakan tiada ruang waktu yang berarti selain saat itu. Dan sang putri tak pernah terbangun. Tapi ia juga tak tertidur hampa tanpa mimpi lagi. Ah , mungkin ia sekali lagi menjelma bidadari...

March 14, 2009

The Lolipop Maker



Tengok sejatinya nurani
Kucairkan sebongkah rasa manis dari ruang sanubari
di tungku api yang terbakar rindu tak terperi
dimasak lamatlamat cermat sekali,
oleh waktu yang mempertemukan
[tapi juga menghancurkan]
Lalu semua lembut larutan..
ditambah pecik bumbu kecupan
ah bisa kauhidu wanginya
[seperti samar bau yang masih kurasa di vena dan aliran darahku]
memabukkan indera, menyiksa peka olfaktori jiwa
ah, lega yang menyesakkan, dan pedih yang membebaskan
tak pernah bisa kita coba definisikan apa itu wangi cinta bukan?

Awas, ada panas dan sedikit uap yang membutakan saat ia benar benar matang!
membaurkan batas logika, mimpi, kemustahilan dan impulsivitas
merajang semua yang kaurasa kau tahu tentang nyata dan maya menjadi relativitas
rasakan panasnya yang membakar kulit, seperti hasrat malam yang tak pernah puas
[mereka bilang, selalu hati hati dengan hati...]

Lalu semua pekat manis karamel asa
dituang dalam satu kerangka rapuh bernama asmara
[ah hati hati meletakkannya : kadang ia mudah patah oleh cemburu dan prasangka..]
Lihat kala ia mulai mengisi ruang dan menemukan bentuk..
[seperti waktu itu kita lihat awan yang membentuk semburat lembut bingkai senja]
dan menguat saat ditopang satu kokoh rasa percaya
[atau pada mimpi mau tak mau kita dipaksa percaya 'happy ending' itu ada?]
ah, tak pernah akan ada dua gula gula rasa cinta yang sama,
kujamin padamu...

Ini, satu hati manis berbilur cinta
[kudengar penghuni langit suka pada semua yang terasa manis..]
kuacungkan agar bisa kau lihat dari ketinggianmu disana
Agar kau lihat - ini aku tetap tegak dibumi mencintai
Lihat! ada satu hati memerah bersemu manis untukmu!

Pada sinar langit senja ini...
[ia lembayung, ah tapi tak pernah benarbenar kita perhatikan senja ketika kita bersama bukan? Karena cukum redup temaram dan kecupan - tapi ketika bayu berhasil menarik sayapmu lagi pergi ke awan besar itu, maka apalagi yang bisa kulakukan?]




Lihatkah kau, malaikatku, dari langit tinggimu?
Kuacungkan sebentuk cinta senja ini...

March 12, 2009

Friday, I'm in Love

504 jam....

Sang bayu menghantarku ke pelukmu.
(setelah kupaksa dan kuancam waktu dengan sembilu ke nadi berdetaknya : terik kerontang hati harus menemukan segara. dan bila mata air pelipur pedihku ada di sebrang samudra, biar kemana juga, bawa helai jiwa ini bertiup ke pelukannya! aku tak peduli bila datang penuh peluh tanpa sempat berdandan, toh sudah terlalu haus kerongkongan ini dan sang pecinta ingin melihatku apa adanya. Jadi peduli apa! Cepat, terbangkan sayap lemah ini ke dekapnya!)

Dan kau disana. Menanti, menghangatkan jiwa yang akhirnya terdekap. Meski seribu mata memandang saat aku memeluk, mengecup, memuasakan dahaga dan remeh rindu yang jadi kerikil tajam kala melangkah. Ah kini tak perlu khawatir apa apa bukan?Mari, untuk detik waktu sesedikit ini, kita bermanja pada cahaya fajar dan senja...

336 jam...

Ah...kali ini sang bayu berbaik hati membawa jiwa perindumu padaku. Takkah kau lihat betapa sumringahnya senyum dan berbinarnya mata kala jiwa bertemu kepingan puzzlenya yang hilang ditelan semesta waktu dan jarak? Ah maaf harus menyeretmu ke kesunyian ini, dimana kau setengah bercanda meledekku, apa yang bisa dilakukan di tengah sepi? Tapi untukmu, biar kuciptakan satu dunia ruang hangat penuh kepul uap teh, wangi nasi hangat dan kicau berita olahraga pagi. Tak lupa senandung kecilku dan ramai hati berkicau riang karena adamu nyata.

Sempurna sekali semua sejati : syahdu malam saat tiap jengkalmu ada dalam memoriku, kupatri kuatkuat agar tak ada yang lekang dimakan sang penjahat waktu. Kuhidu kuat kuat lamat wangimu agar pada jam jam sepiku semua hampa terpenuhi rindu. Kumanja dirimu, dan kita terpesona pada satu getar halus yang membisik pelan pada hasrat yang seribu malampun akan terus menggelegak..

168 jam..

Saat lagilagi kau, malaikatku, sudi turun ke bumi dan menyapa lagi. Mengisi hari sepi dan membalut luka yang biru tergilas rindu. Menyalakan malam dengan redup temaram jutaan cahaya lilin dan hujan ciuman. Ah, sebegitu baikhatikah bayu, takdir dan waktu padaku? Hingga bersedia semua jadi sunyata kala heningmu mengecup keningku. Kala aku rebah di kokoh pundakmu. Menikmati dunia yang hanya milik kita, berputar pada revolusi selai coklat-roti pagi-teh kayumanis-kecipak air-peluh penat-dan musi opera. Betapa ini surga? ah...

Ah seperti segala sesuatu, fana. Tapi biarkan kesementaraanmu kunikmati pelan pelan, takkan kuhabiskan hingga bayu dengan kejamnya meniup sayap besarmu keseberang samudra sana, dan lagi lagi kerontang rindu dan terik akan menyiksa sanubari hingga hampir kering ia nanti.. Maka kini, kutiup satu lagi gelembung sabun memori, kupandang hingga pedih mata ini lalu kubekukan, kusimpan rahasia di satu ruang hati yang penuh manis perih memorimu...






*kangen semua jum'at...*

March 11, 2009

A Day Dream Note..

tuk ..
tuk ..
tuk ..
terkantuk kantuk....

[dibalik samudra sana, apa dia dibuai oleh semilir siang yang sama?]

mulai pudar berpendar semua nyata saat rasa kantuk mulai meraja, tapi mengapa ada bayangmu yang mulai menjelma danjadi aksara berterbangan yang mulai kueja? ah racau ini, bunga tidur dan kepala yang sudah berat menahan kantuk, atau ini cuma imaji? Fatamorgana sosokmu yang terlalu kurindu? tapi samar kulihat kau di satu ujung cahaya, mebuka lenganmu lebar seperti tiapkali kita bertemu lalu merengkuhku hangat dan lama.. lalu mengecup bibirku lamat lamat biar api yang terbakar dihati menyala , seterang nurani... lalu kusandarkan semua lelah di bahumu dan menyesap saripatimu, wangimu yang bisa kurasakan mengalir di tiap detak nadi hingga menggeletarkan tiap ujung saraf dan mengantar bahagia ke tiap sela sinyal neuron yang meledakledak seperti rasa kala dua energi kita yang terlalu merindukan saling bertemu.. seperti sepi yang menghingar pada desau belai tiap kali satu serpih jiwa terepih..Ah, mimpi siang harikah ini?Masa bodo ini mimpi atau lamunan kosong, selama disana bisa sedikit kutemukan jejakmu...

tuk..
tuk..
terkantuk..
ah, hati yang terantuk..
rindu...

Candle [moon] light

Moon river...
wider than a mile..


Hutan hujan cahaya lilin yang kau nyalakan.
Dan syahdu wangi , apa itu kalau bukan cinta yang temaram?
senyum merekahmu adalah gemericik air yang rindu bermetamorfosa
menyublim menguap dan meresap ke pori pori rindu akan tiap jengkal hangatmu
lalu menjelma hujan yang membasahi, kala aku mengecupmu pelan...

Two drifters off to see the world.
There's such a lot of world to see.

atau itu rindu yang tersamar di tiap kerlip buih..
terefleksi pelangi di tiap gelembung warnawarni hati..
ah biar kita bersandar pada lembut gelembungnya
yang mungkin maya, tapi malam ini saja, biar aku tenggelam dalam bening sejatimu
dan mencari satu jalan ke purnama tempat matahari memberi semua sinarnya..

We're after the same rainbow's end--
waiting 'round the bend,

sudikah sekali lagi saja,
biar kita berdua terlena dalam kepul hangat uap
dan desah kala pelukan menjelma dan nirwana adalah nyata...
senyata pelangi di bayang gelembung air dan semakna kecupan hujan...

my huckleberry friend,
Moon River and me...

Maka biarkan aku mengenang
dan bermimpi :

tentangmu
dan semua malaikat yang bersenandung di surga
kala takbisa kulupa nikmatnya haus rindu saat dihadirmu tirtaku...

March 4, 2009

Tribute to Earth Hour

Mati
Biar padam semua congkak hati
dan kemarahan
dan kesombongan
dan purapura yang merajalela di terang lampu kota
palsu, mengusir rembulan, bintang ke pelosok desa

maka
Mati.
Mari sepi
biar redup semua tingggi hati
dan jelaga semua dalam diam gelap

Mari sepi,
mari mati
biar dalam gelap..
biar dalam tiadanya lampu terang artifisial
dan semua kemunafikan, gilap gemintang yang fana,

biar dalam gelap
(yang hanya sementara)
bisa kita lihat redup cahaya nurani
yang sayup sayup menelusup
membangunkan diri:

kali ini, sejam saja,
mari matikan semua yang menyakiti
lalu pada gelap, jujur pada diri sendiri
dan sebentar saja, hening pada bumi...







*Support earth hour indonesia! dukung Earth Hour Indonesia yang bakal dilaksanakan hari Sabtu, 28 Maret 2009 nanti... Caranya ternyata simple banget, yaitu dengan mematikan lampu 1 jam aja, yaitu dari jam 20.30 - 21.30 :) Vote for earth!*

My Morning Tea...

Hangat...

Ah, tiap pagi kau memeluk dari ujungsana
betapa anehnya, kukira getar suara tak akan bisa pernah semenenangkan ini
tapi ternyata setiap katamu yang beresonansi selalu merengkuh menyelimuti

Seperti hati yang mengepul pelan
dan suara pagi yang kau dengungkan dari sana
bercampuraduk pelan dengan asa dan rasa
dan lembut sapamu dari pulau sana
dan kuat cinta yang selalu menjaga
dan lembut manis rindu yang selalu meraja

kau:
yang cuma ingin bilang, selamat pagi sayang
semoga apapun warna langitmu, semua baikbaik saja...


Dan satu lagu sendu mengalun sedih pagi ini :


You know how i am not a morning person...
and will never be one...

but if someday I wake up in my bed..
and the first one I see everyday is your calming sleeping face
I'd give up anything, any any thing
any single thing in eternity
to be awake earlier every dawn
to cerish your single existance...

and prepare you a nice puffing warm breakfast,
and a fresh yoghurt with a danish bread,
and kisses, and kisses, and kisses...

I'll be as morning person as I can be..
cause by then,
I wont even need my morning tea..



kurasa aku larut,
seperti serpih gulagula yang melebur
diharum kayumanis, apel kismis
dan teh pagi hari ini..

Ode: Kamar..

The frolicking rain...

seperti doamu tadi malam,
aku nyenyak dalam damai tak peduli diluar badai
rima hujan menyelimuti lelapku dan udara dingin menciumi kulitku
(takkan kah kau cemburu?)


dan bangun, mendapati ruang hampa dan mencari aroma tubuhmu yang tertinggal di jejak sekecil apapun di helai udara. Mencoba membunuh kosong yang kau ciptakan saat kau menciumi keningku sore itu dan mengusap airmata yang menitik pada satu ucapan sampai jumpa. Ah, tak ada gunanya aku bermimpi kau takkan pergi. Karena hangat saatku berkeluk di selimut sendiri malah menjelma pedih, mencari satu terang purnama yang hilang disisi. Seperti wangi yang berusaha kutemukan lagi, saatsaat kurebahkan kepalaku dibahumu dan tak peduli carut marut dunia diluar sana - kita berkelindan pada jumput rasa yang membuatku selalu ingin menciumimu, meraba tiap inci dirimu, mengusap lembutmu dan merasakan adamu agar kutahu setidaknya sebentar ini adalah nyata dan bukan fatamorgana. Dan pada hening waktu yang selalu mencurimu dariku, kita berpegang sebentar, saling memandang pada sunyata yang tercipta kala dua jiwa melebur menggapai nirwana walau setelah itu jarak membuat semua menjelaga. . dan rindu ini akan terus menggelegak menjadi dahaga seperti dimana sedikit percik api bisa membakar menerangi malam kita. Dimana redup mentari bertemu purnama pada gerhana, dan kureguk dirimu hingga tandas, habis tak bersisa sampai aku perih bahagia...Dan remang kamar ini tak akan pernah hampa..



Tak seperti malam tadi dimana pada sepi aku berselimut mimpi. Malam ini cuma sepi tak tahu diri yang mengejek. Tawanya terpantul di dinding saat aku meruntuki lelah hari. Menatap keluar dan bulan sabitmu masih sembunyi di mega yang mengantarkan rintik, meninabobokanku sambil meniupkan hujan dan doa yang kau kirim dari tepi sana. Kau masih menjaga, aku masih mencinta. Dan dari jauh sana masih kau kecupkan kisah tentang hari yang mungkin nanti akan berbaikhati menumbuhkan perjumpaan..dan aku meracau pelan tentang matahari yang akan sembunyi esok karena gulana ditinggal rindu. Dan kau tetap disana, sabar mendengarkan sambil kau menungguiku terlelap, menyenandungkan satu lagu tidur yang diujungnya ada senyuman terulas....merepih sosok cinta teresonansikan hujan...






The frolicking loneliness, ryhming with the solitude of storm...






*hujansemalamdankamarsepitanpakekasihhati*

February 25, 2009

Cerah-Mendung-Hujan-Badai-Pelangi-Sepoisepoi : Siklus Hidup #1

Cerah :

Aku menggambar satu garis di langit
dan mencipta rasi baru untukmu..
Seperti semburat awan yang kulihat dipesawat
atau semburat senyum saat kukembali kepelukan
karena langit kota terlalu hingar untuk kesederhanaan lintang
dan bimasakti ada di imaji malam itu.

Lalu kita tertidur dipelukan satusamalain
kala ninabobo dan hangat kecupan menyelimuti
dan semua sudaah cukup: seperti pulang ke lembut rahim semesta

Pagi kita menggeliat, pada hangat sambil menyambut mentari
yang sinarnya nakal mencuricuri masuk selasela kelambu
(yang selalu kau marahi aku kala ia terlalu dini kubuka)
menciumi kulit telanjangmu, menelusuri tiap inci poripori
sampai aku cemburu karena takut cercah mengalahkan hangatku..

Ah apa itu siang kecuali lagilagi kita saling bergelayut pada ranting rindu
sambil menikmati sandar hidup yang tergurat tegas di sinar mata
tergelak pada cerita dan tiap detik lelucon dan kisah yang dirajut
tentang hari yang kita lewatkan tanpa kekasih jiwa disisi

dan sore...ia tak terlewatkan bukan?
karena senja adalah saat mentari bisa sedikit mengintip bulan
di relung cakrawala yang menciumi bumi dengan mesra
sambil kita bercanda pada ironi : mengapa ada jarak dan waktu...
dan semua yang indah tergambar harus pada akhirnya dijerat batas..

ah biar kita terlena di hangat ini
dan cerah..
hati..

L.O.S.T.

Kehilangan sang ksatria

Justru di (hampir) akhir cerita
saat semua harusnya membuncah bahagia




.....Dan mengapa pedang kata katanya
justru mengabu jadi debu
saat ia bersimpuh dan membisikkan hati
bahwa ada satu rindu yang merasuk nurani
saat sang putri compangcamping tak disisi

Dan mengapa saat nyaman sang putri
yang digendong rembulan justru jadi sepi?
saat tak ada lagi desir halus bersembunyi
yang dulu selalu menjelma puisi

apa sang putri harus bersembunyi?
dan hilang sebentar ditelan embun pagi
sampai sang ksatria menyadari
(atau satu rasa itu timbul lagi)
bahwa hati, adakah misteri bisa sepenuhnya termiliki?
atau cuma jadi terbiasa di tiap lembar cerita
tak ada lagi kejutan, alur plot menjebak
dan penyihir yang tiba tiba menyeruak ditengah halaman

ah...

apa ini bosan?
apa ini kelam?
atau ini memang titik ternisbikan?
atau ada yang tersembunyikan?




katakata tak termakna setelah akan akhir cerita..
Adakah akan seperti ini kita?

A demand for a poem

Tak seperti dulu...


Aksara aksara itu, masihkan mereka merunut manis?
masihkah ada pusi untukku?

dan deru
debu siang yang kerontang.
tak ada lagi cercah bening katakata untukku: apa mereka kehilangan makna?
hilang ditelan deru, suara suara memekakan telinga
bikin tuli saja
hingga tak bisa lagikah kau dengar siulan kalbu?
hingga tak ada lagikah puisi untukku?


atau kita mengelam mengabu membosan
ah bahkan rima dan bait jadi satu taman bermain kelam...

February 22, 2009

untuk sang nona kecil..

Psst...

nona kecil, jangan sedih lalu meradang
mungkin hidup tak melulu curah sinar mentari terang
tapi kutahu dibalik punggungmu ada payung kecil yang siap terkembang
karena kaubaca di awan mega ada satu badai hujan datang..

nona kecil, jangan bersedih saat jalan ini harus jadi akhir lagu
mungkin setapak ke kastil awan tak ada lagi, dan sejuta nada cinta semu
yang ternyata ilusi tak terepih menggores sembilu
luka sayat diamdiam, kutahu kau mulai matirasa, mengelu..

ah nona kecil, hapus itu resah
tak pantas dunia melihatmu merasa kalah
karena ini cuma dunia aneh serbasalah
dan lagilagi ini cuma takdir kejam yang memutarbalikkan kisah
dan kau mentari, jadi acuh saja semua yang buatmu berkesah!

Masih ada bianglala yang manis gulagula sehabis badaimu
dan sejuta wangi tamanria dunia yang membuka lengannya merengkuhmu
ah nona kecil, di dunia kacau ini haruskah kita ikut gila?

di satu cerita penuh purapura dan topeng fana
semoga berakhir, karena ini bukan kompetisi siapa yang bertahan
siapa yang tertikam
atau nyata mana yang dipertahankan
walau sejuta terkuak, berdiri sampai mengejan
semua benar dan bohong, bilur kepul asap tak jelas buram
semoga berakhir karena ini bukan satu pertandingan
dimana kau menahan semua molekul pedih untuk mengalahkan

Bukan, ini tentangmu dan kerangka hati rapuh yang dijaga
serta mimpi dan cinta, gaunmu yang harusnya tak ternoda
maka nona kecil, jangan jatuh dan terluka...

kau masih saja berlari, dibalut gaun nurani warnawarni
hingga titik tebing itu, haruskah berhenti atau terbang memaksa diri?
ah jangan pergi...

nona kecil,
jangan bersedih, ini kubuatkan satu puisi
agar bisa ia lihat : kau tetap sang nona kecilku yang manis tak terperi
tak pantas memar, disakiti ataupun terlukai
seperti kutahu kau tak ingin sanubari siapapun sedih terbebani

maka nona kecil, kutahu pada kuatmu kau kan terus menari
setelah menghapus setitik airmata yang dibawa hujan
masih saja kau akan riang pada senandung hari

karena kau,
sang nona kecilku...





*Dedicated to nonakecil2ku yang teramat kuat dan tidak jatuh*

February 18, 2009

the feast of fake fool...


....now it's time to go
curtain finally closing
that was quite a show.....



badutbadut muka menor menari kesanakemari
di tengah tawa dan riuh kenapa hati sepi?
juga tepuktangan yang entah untuk apa
senyum lebar yang menyakitkan, ah...
atau semua palsu, meleleh riasan
menyembunyikan airmata ketulusan?
di relung dalam dimana terkoyak semua itu topeng
yang ada hanya ceruk berhati bopeng
ah...luka dan semua koreng!

sirkus riuh hidup dan macan yang lewati api
cambuk itu, adakah untuk keajaiban butuh sedikit sakit dan pedih
atau mungkin bila tak terdera, takmungkin kita melompat
hup! lingkaran keajaiban menyala, atau seharusnya tak kesana?
berloncatan di trampolin
dan berayun, seperti hidup dan rasa tak kasat
yang diamdiam menyesak menyublim

ah semua tertawa
semua senang
atau hanya melarikan diri
dari belati di depan nadi?

lukaluka, lupakan saja!
bersenang gembira
sebelum hidup menyuruh lacur
terjun ke tebing, bebas jatuh meluncur...

ah semua fana...

ah semua luka


...very entertaining..
but it's over now
go on and take a bow...





*winiyangyangmembencisandiwaraapalagidrama*

February 17, 2009

The card no. 0

Adaku ternyata bukan di semestamu..

ah nyala pelita ini bukan matahari
hanya redup yang mencoba terus berfusi
ditengah semua badai dan ngin hati
bulir waktu berdesak, memang aku bukan peri
hanya pendongeng konyol yang mencintai setengahmati

ah adakah semua bilur luka ini membiru lagi
ini takdir bersekongkol menancapkan belati
diam diam menikam, ah segar darah di semburat nadi
siklus asa yang terus mati suri

ah sudah diam saja, biar pening ini tak terasa
kalau berisik nanti tahutahu ia mengiba
dan nanti jadi berpikir bisa terbang, ke langit ataupun ke nebula
perih sunyi tak terkila tapi masih bisa percaya...




Apa adaku di semestamu? kala sinar saja tak diaku...

February 14, 2009

Valentine Gift : Untuk Beruangku

Pernahkah di harimu,
Silau emas mentari terkalahkan terang hangat sanubari?

Pernahkan di senjamu,
Merdu semilir bayu terkalahkan senandung rasa kalbu?

Kini..

Coba resapi..
Coba simak dengan hati..

Tengadahlah, dan hidu udara
dan lamun alunan semesta yang mengalir pelan, ia moksa...
mencari celah dan menitik sabda


Kini..
Coba tutup pelupuk mata indahmu dan lihatlah dengan nurani
Coba dengar sunyi , serpih suara yang sebenarnya tak mati

Satu bisik lembut yang hampir tak terperi
Yang melayang, sehalus serbuk sari

Coba,
Rasakan pelanpelan
Lamat rindu yang kejam mengejan...

Ah...
Coba..
Rasakan ini aku punya cinta..



*For my Bear....*

Hadiah....

Dan aku beranjak menua..
berproses menjadi dewasa...

Terimakasih K.A.D.O nya, sang ksatria...:)






February 12, 2009

The Birthday Wish

Inginnya, mereka ada....:

Senyuman bunda dan tatap kasih dari papa
serta gelak tawa adikadik yang selalu hangatkan jiwa
saat rumah berarti dimana hatiku berada

Kecup cumbu hangat yang melelehkan hati, satu yang tak terganti
dan melingkupi kelindan rindu dengan manis puisi serta rasa terpatri
kau, belahan hati yang selalu mencintai...

Hati para sahabat yang bercahaya mengelilingi dengan kehangatan dan tawa
serta kesetiaan yang selalu siap terbang bersama
dan menyediakan pundaknya dan meyeka airmata kala kuterluka



*Esok hari, selamat ulang tahun, Wini....*

January 31, 2009

A Plead for Forgiveness

Sang dewi....

maaf jika aku melukaimu..
tak pernah ingin hati, menyakiti
[karena tak ada yang kutahu lebih baik daripada tersakiti]

tapi jangan lagi kau terlelah,berurai airmata pilu
sakit...dan dirimu terluka dan sendu
[kau tak mengenalku. aku juga tak mengenalmu.]

Tapi
tolong, jangan lagi.....jangan lagi gemintangmu kau jambak
tak ingin hati kristal rapuhmu terluluh lantak..
tak ingin dirimu terserak..
[entah mengapa aku turut memujamu saat pertama menjejak]

Jadi jangan tusukkan lagi belati itu :
karena kelindan cerita ini samasekali bukan khilafmu
[bukan pula salahnya, atau salahku...]
hanya takdir aneh dan cupid tolol yang menembakkan panah cinta
ke hati siapapun sesukanya...

tapi bila
mencintainya berarti menusukkan pisau ke sayapmu
[lebih buruk lagi, ke raga dan hatimu, kar'na disitu tempat ksatria kita bertahta, bukan?]
menginginkannya berarti melanggar teritori semestamu
dan merindunya berarti mencabik satu terindahmu..

maka,
sang dewi...
tolong, dengan segenap hati..

maafkan aku...

yang lancang
mencintai
dan
tak bisa berhenti...






*cause a woman in me wont even dare or tend to unashamedly -insensitively hurt my own kind, not to mention a goddess like you..*

bye bye blues...

[Biru berkata pada dia]

Dan ini caraku :

merepih sosokmu dari jauh dan aksara namamu yang tak mampu lagi kuucap
memimpikan sinar matamu dari maya yang disana kuletakkan semua maaf

tak nyata...
tak bisa...
[saat kau memutus kelindan rasa.]

dan biar rasa ini kuendap sendiri, wahai dirimu, yang di pelupuk malam ingin kubersimpuh pelan membisikkan sejuta sesal melepasmu, wahai kau, yang kini berpaling dan tak menengok ke belakang.. Kau pergi dan membenci diri, maka biarkan aku meyalahkan sepi dan meruntuki janji. Dan rela kutukar sesisi dunia dengan satu rona bahagia di sinar matamu, kau tahu itu.. Cabut jantung ini - kalau itu bisa menukar luka! [walau tak pernah mau kau tengok luka tersayat kala belati sedikit kau goreskan - tidak, kau bahkan tak harus meminta maaf untuk itu]

Maka kini :

biru langitku saat kau bilang kau terbang
dan jika ia ada, selalu untukmu pada selaksa jiwa...
maka kugantungkan harap dan terimakasih untuk membolehkanku (pernah) mencinta...

karena kasih ini, kau tak tahu ia akan terus berima, walau kuendap di ujung kata..
karena ini, damai nirwana sudah hinggap di jiwa :

yang lebih tenang dari janji janji maya
dan desakkan cerita dan hati tak terima telah menemui ajalnya...
tak akan kautemui aku yang merana,
tapi tersenyum pada kepak indah sayap ramarama milikmu, cinta...
yang terbang mencumbunya...

ini kasihku, ia bicara...dengan caranya sendiri.
lebih dalam dari yang kau tahu, ia kenangan pada sejati
ia lembut damai yang kupunya tanpa harus memiliki
tapi doa, untuk satu cercah cahaya bahagia di lentera hatimu, wahai yang tak termiliki..


Maka kini, tak perlu kau tahu

Dan ini caraku :

mencintaimu



*Dedicated to 'biru', yang mencinta 'dia', hingga ujung asa...semoga kalian berdua bahagia :)*

January 16, 2009

One dialogue drama

Mereka bertemu di pusat labirin. Kala sudah lelah menyusuri banyak persimpangan, dengan lutut terluka karena terlalu banyak tersandung, dan debu menempel karena pernah tersesat dan jatuh. Dengan sejuta tak percaya dan tuntutan. Dengan tangan yang memegang belati dan sayap yang compang camping , separuh terkoyak. Dengan darah di raga yang tergores duri dan ranting tajam. Mereka saling melihat ke dalam danau sinar mata dan menemukan belahan puzzle yang hilang disana. Tapi nyata bukan hanya cinta - tapi juga sinisme tanya......


A :

Kukupas semua luka demi ketersediaan untuk mencinta, setelah carut marut masa laluku mendamparkan aku di pangkuanmu. Hampir habis dayaku, dan kini yang tersisa adalah sedikit ketakziman pada lembutmu, dan kesungguhan untuk menyayangi dan tak mengulang semua pedih yang dulu nyata. Hampir habis cintaku kecuali sejumput kecil yang tulus, untukmu. Aku tahu aku menyiakannya pada cerita lampau dan sosok sosok datang yang kukira takkan pernah pergi. Dan kini aku, memperjuangkanmu untuk setitik restu. Mereka hanya terlalu takut aku terluka lagi...Walaupun hal terakhir yang ingin kulakukan adalah menyakiti mereka yang menyayangiku (selain kamu). Tak peduli itu menyerah pada semua impulse dan berlari untuk hinggap di pundak halusmu... Hanya ingin kamu tahu, aku berusaha. Dan aku mencinta... Maka berhentilah, kumohon, berhentilah mempertanyakan mengapa dayaku hanya sebatas ini dn mengapa kau tak kuangkat ke permukaan..karena waktu harus diadaptasi, dan kuyakin kau bisa menunggu hingga aku bisa mengumandangkan namamu dengan lantang ke seisi dunia..


B :

Bagaimana aku tahu kau mencintaiku saat masih menengok pada puluhan bayang masa lalu yang memberatkan pundakmu? ketika aku melepas semua rantai besi yang bergelantungan dipundakku dari masa lalu saat merengkuhmu, mengapa aku kalah pada bayangan? Yang masih mengejawantah dan menjajah, padahal kau hidup pada siang benderangku. Karena aku lelah dengan semua kisah yang harus berakhir dengan sang kekasih yang pergi. Lalu mengapa kau harus menyembunyikanku di relung dan disejajarkan bayangan? Aku cintamu dan siangmu, maka pada mereka, harusnya kau biarkan aku memancarkan terangku yang merindumu...tak pedulu waktu. Aku menemukanmu di satu pasir putih, saat aku menghapus airmata. Kubuka lenganku lebar lebar dan merengkuh cinta : yang bisa berbalik menjadi jerat jaring laba laba yang menyesakkan kala ia tak lagi dinanti. Ah, aku hanya ingin menggandeng tanganmu di siang hari, menciummu tanpa harus malu dan berkata pada seisi dunia aku mencintaimu...



"Biar waktu yang menjawab"

"Klise. bukan soalan waktu, tapi perjuangan"






-dan seberapa sabar daya cinta-

January 15, 2009

paper plane

Kukirimkan denting
sayup laju bersama pesawat kertas
yang didalamnya tertulis harap
dan mimpi yang tak pernah kubagi pada senyap

Kukirimkan asa yang meruncing
seperti ujung angin yang melintas
menerbangkan ke angkasa, bintang yang mengerjap
dan masuk ke relung tegas berderap

Pesawat kertas melintas....

Melewati lengkung bumi, meretas
samudra dan hutan yang memisahkan
menemukan jalan pulang kembali ke sanubari

bersama seribu doa tentang gerhana
yang tak pernah kesampaian
dan seribu satu rencana
rindu yang tak pernah tersampaikan

Pesawat kertas kuterbangkan
setelah kulipat pelan pelan
tertera seribu satu doa
untukmu, yang tak tergantikan makna




wuzzz......

pesawat kertasku
semoga sampai dihatimu.....







*Teruntuknya, yang entah kapan bisa kutemui lagi. Biarkan kini aku memendam rindu yang entah kapan bisa tertumpah dipelukannya. Semoga takdir masih memberikan kesempatan untuk gerhana dengan yang tercinta.......*

Supernova

Lintang dikutuk.


Ia bintang benderang, dan seperti halnya bintang yang hidup dari fusi, ia membakar hatinya untuk bercahaya bagi semesta, bukan untuk membuktikan diri seperti shinta. Ia tidak keberatan dengan itu. Ia tahu martir adalah takdirnya. Ia bukan putri kastil tinggi di bukit bulan yang hatinya serapuh kristal. Ia juga bukan ksatria pengembara yang bernafas dari angin dan menghancurkan dosa seperti tornado melahap bumi. Ia hanya memiliki satu hati yang siap bereaksi fusi - membakar diri dan benderang. Meskipun itu berarti tersakiti, tapi ia tahu sinar yang terbagi tak pernah mati.

Lintang bukan cuma bintang. Ia punya hati semesta. Masalahnya,hati semesta berarti merasa semua. Ia tertusuk dan jadi redup tiap kali seorang putri patah hati. Ia tertusuk dan meredup di tiap kesakitan dan resah gadis gadis desa yang disakiti. Cahaya nya adalah mozaik kaca pantulan rasa tiap sesuatu yang merasa dan wanita. Ia kaleidoskop besar pemantul semua.

Lintang suatu hari jatuh cinta pada pengembara yang punya sejuta cerita tentang para putri, badut, pengejar cinta hingga naga. Sang pengembara telah menorehkan jejak kakinya dimana mana. Dan pengembara terpesona pada lembut cahayanya. Tapi pengembara pernah menautkan sejumput hati di menara venus, juga di hati banyak gadis yang menunggu dengan tak sabar di kaki langit tempat cakrawala mencumbui bumi. Dan sejuta perih cemburu sakit patah hati gores ngilu meredupkan benderang lintang. Dan ia tahu sang pengembara hanya tertarik pada pancaran terang.

Maka ia menghabisi hatinya sendiri. Membakarnya lamat lamat karena tak kuat - di tiap airmata putri patah hati yang disakiti pengembara itu, Lintang ikut menangis. Tapi ia juga meredam cinta yang membuncah - lalu harus apa?

Maka ia menghabisi dirinya sendiri.. di satu ledakan energi berselimut putih abadi, ia ruah semua sakit dan cinta - yang hadir bersama. Ia menghablur.

Lintang dikutuk...

January 14, 2009

Stolen

Ia memotong sayapku

saat ia menangkap dan mencengkeram bahu
menyayat pelan semburat otot
mengirisnya
ngilu...


hingga mengucur darah merah
membasahi bulu putih..
dan mencampakkan tendon terakhir...

dan belati berlumur kejam
terongok, disamping miris airmata
hingga aku kehilangan mata angin : dimana cakrawala?

Ia mencuri sepasang sayap
karena bukan separuh malaikat
mencoba memasangkannya di bahu manusia
dan merajam keabadian, terikat

merengut separuh jiwa kar'na tak tahu harus terbang kemana
kotak pandora yang terbuka
sombong diri dan tergoda belaka - tadinya
merana jiwa
mengejewantah dambanya akan ruang tak terbatas fana

lalu ia mencuri sayapku.....

dengan belati berhias nafsu
merengkuhku
pelan mencumbu
larut aku, kukira bumi adalah segala
bersumpah aku adalah cahaya
dan kaki berpijak, saat membalas kecupnya
kala itu,

rengkuhnya jadi cengkaraman
dan dibalik senyumnya kulihat kilat
belati tajam, ngilu dan ...

lalu ia mencuri sayapku.






*with stolen wings we cannot fly. without empathy we shall fall. So Ignorantly arrogant : to disregard life for the sake of pleasure..and praise ourselves with the spoils of death*

Peek-a-boo!


Ciluuk, ba!

peri kecilku, pejamkan mata
karena aku telah mencintaimu, bahkan di kehidupan sebelumnya
dengan semerah hati dan secerah diri, merentang tak ternyana

Ciluuk, ba!
putri cantikku, pejamkan mata
karena kadang rasa membuncah yang meronakan itu tak bisa dilihat
rasakan saja, seperti merah muda di pipi yang menghangat

satu kejutan untukmu
sebongkah hati penuh rindu
dilukis merah, sesegar darah di nadiku
yang terus mengalir, berdenyut dalam irama cinta
kurangkai besar besar seperti lentera yang tergantung di langit
kusimpul kuat, kuikat
dalam tautan kelindan indah hingga hati tak bisa lagi sakit
karena kukumpulkan
jumputan memori tawa dan senyuman sehingga tak ada ruang air mata

Satu hati, utuh untukmu.
tak terbagi, tak ternodai.

Satu hati
penuh cinta yang membeludak membanjiri nurani

Satu hati,
bersemi merah indah seperti asaku tak bertepi

satu hati,
rasakan dan kecap manisnya

saat kau nanti buka mata

ciluuk, ba!

January 8, 2009

Run!

Mengejarmu

akankah dibawah bayang bayang malam gelap agungnya aku akan selalu berlari?
karena dicakrawalamu tak kutemukan pesan
menanti cemas, adakah ini perang?
akankah dibawah sendu cinta masa lalu kalian, aku akan selalu menepi?
karena disendiriku aku tak aman
pelita kecil ini, kujaga agar tak mati, sayang...

Mengalir padamu

adakah kau sadari gundah?
kini dan nanti, meraihmu nun tinggi
hati ini tak beku, hangat imajimu cinta ini bersambut nyanyi,
adakah ini semburat resah?


Mengejarmu
Terbenam pada cahaya yang tak jua gerhana....
Mengambang merintih pada rindu
Kutahu ini bukan epik, dan ia akan selalu punya tahta di sanubarimu..

Sedikit sedih saja,
mengejarmu....