My blog has moved!

You should be automatically redirected in 6 seconds. If not, visit
http://balonwarnawarni.wordpress.com
and update your bookmarks.

expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

January 31, 2009

A Plead for Forgiveness

Sang dewi....

maaf jika aku melukaimu..
tak pernah ingin hati, menyakiti
[karena tak ada yang kutahu lebih baik daripada tersakiti]

tapi jangan lagi kau terlelah,berurai airmata pilu
sakit...dan dirimu terluka dan sendu
[kau tak mengenalku. aku juga tak mengenalmu.]

Tapi
tolong, jangan lagi.....jangan lagi gemintangmu kau jambak
tak ingin hati kristal rapuhmu terluluh lantak..
tak ingin dirimu terserak..
[entah mengapa aku turut memujamu saat pertama menjejak]

Jadi jangan tusukkan lagi belati itu :
karena kelindan cerita ini samasekali bukan khilafmu
[bukan pula salahnya, atau salahku...]
hanya takdir aneh dan cupid tolol yang menembakkan panah cinta
ke hati siapapun sesukanya...

tapi bila
mencintainya berarti menusukkan pisau ke sayapmu
[lebih buruk lagi, ke raga dan hatimu, kar'na disitu tempat ksatria kita bertahta, bukan?]
menginginkannya berarti melanggar teritori semestamu
dan merindunya berarti mencabik satu terindahmu..

maka,
sang dewi...
tolong, dengan segenap hati..

maafkan aku...

yang lancang
mencintai
dan
tak bisa berhenti...






*cause a woman in me wont even dare or tend to unashamedly -insensitively hurt my own kind, not to mention a goddess like you..*

bye bye blues...

[Biru berkata pada dia]

Dan ini caraku :

merepih sosokmu dari jauh dan aksara namamu yang tak mampu lagi kuucap
memimpikan sinar matamu dari maya yang disana kuletakkan semua maaf

tak nyata...
tak bisa...
[saat kau memutus kelindan rasa.]

dan biar rasa ini kuendap sendiri, wahai dirimu, yang di pelupuk malam ingin kubersimpuh pelan membisikkan sejuta sesal melepasmu, wahai kau, yang kini berpaling dan tak menengok ke belakang.. Kau pergi dan membenci diri, maka biarkan aku meyalahkan sepi dan meruntuki janji. Dan rela kutukar sesisi dunia dengan satu rona bahagia di sinar matamu, kau tahu itu.. Cabut jantung ini - kalau itu bisa menukar luka! [walau tak pernah mau kau tengok luka tersayat kala belati sedikit kau goreskan - tidak, kau bahkan tak harus meminta maaf untuk itu]

Maka kini :

biru langitku saat kau bilang kau terbang
dan jika ia ada, selalu untukmu pada selaksa jiwa...
maka kugantungkan harap dan terimakasih untuk membolehkanku (pernah) mencinta...

karena kasih ini, kau tak tahu ia akan terus berima, walau kuendap di ujung kata..
karena ini, damai nirwana sudah hinggap di jiwa :

yang lebih tenang dari janji janji maya
dan desakkan cerita dan hati tak terima telah menemui ajalnya...
tak akan kautemui aku yang merana,
tapi tersenyum pada kepak indah sayap ramarama milikmu, cinta...
yang terbang mencumbunya...

ini kasihku, ia bicara...dengan caranya sendiri.
lebih dalam dari yang kau tahu, ia kenangan pada sejati
ia lembut damai yang kupunya tanpa harus memiliki
tapi doa, untuk satu cercah cahaya bahagia di lentera hatimu, wahai yang tak termiliki..


Maka kini, tak perlu kau tahu

Dan ini caraku :

mencintaimu



*Dedicated to 'biru', yang mencinta 'dia', hingga ujung asa...semoga kalian berdua bahagia :)*

January 16, 2009

One dialogue drama

Mereka bertemu di pusat labirin. Kala sudah lelah menyusuri banyak persimpangan, dengan lutut terluka karena terlalu banyak tersandung, dan debu menempel karena pernah tersesat dan jatuh. Dengan sejuta tak percaya dan tuntutan. Dengan tangan yang memegang belati dan sayap yang compang camping , separuh terkoyak. Dengan darah di raga yang tergores duri dan ranting tajam. Mereka saling melihat ke dalam danau sinar mata dan menemukan belahan puzzle yang hilang disana. Tapi nyata bukan hanya cinta - tapi juga sinisme tanya......


A :

Kukupas semua luka demi ketersediaan untuk mencinta, setelah carut marut masa laluku mendamparkan aku di pangkuanmu. Hampir habis dayaku, dan kini yang tersisa adalah sedikit ketakziman pada lembutmu, dan kesungguhan untuk menyayangi dan tak mengulang semua pedih yang dulu nyata. Hampir habis cintaku kecuali sejumput kecil yang tulus, untukmu. Aku tahu aku menyiakannya pada cerita lampau dan sosok sosok datang yang kukira takkan pernah pergi. Dan kini aku, memperjuangkanmu untuk setitik restu. Mereka hanya terlalu takut aku terluka lagi...Walaupun hal terakhir yang ingin kulakukan adalah menyakiti mereka yang menyayangiku (selain kamu). Tak peduli itu menyerah pada semua impulse dan berlari untuk hinggap di pundak halusmu... Hanya ingin kamu tahu, aku berusaha. Dan aku mencinta... Maka berhentilah, kumohon, berhentilah mempertanyakan mengapa dayaku hanya sebatas ini dn mengapa kau tak kuangkat ke permukaan..karena waktu harus diadaptasi, dan kuyakin kau bisa menunggu hingga aku bisa mengumandangkan namamu dengan lantang ke seisi dunia..


B :

Bagaimana aku tahu kau mencintaiku saat masih menengok pada puluhan bayang masa lalu yang memberatkan pundakmu? ketika aku melepas semua rantai besi yang bergelantungan dipundakku dari masa lalu saat merengkuhmu, mengapa aku kalah pada bayangan? Yang masih mengejawantah dan menjajah, padahal kau hidup pada siang benderangku. Karena aku lelah dengan semua kisah yang harus berakhir dengan sang kekasih yang pergi. Lalu mengapa kau harus menyembunyikanku di relung dan disejajarkan bayangan? Aku cintamu dan siangmu, maka pada mereka, harusnya kau biarkan aku memancarkan terangku yang merindumu...tak pedulu waktu. Aku menemukanmu di satu pasir putih, saat aku menghapus airmata. Kubuka lenganku lebar lebar dan merengkuh cinta : yang bisa berbalik menjadi jerat jaring laba laba yang menyesakkan kala ia tak lagi dinanti. Ah, aku hanya ingin menggandeng tanganmu di siang hari, menciummu tanpa harus malu dan berkata pada seisi dunia aku mencintaimu...



"Biar waktu yang menjawab"

"Klise. bukan soalan waktu, tapi perjuangan"






-dan seberapa sabar daya cinta-

January 15, 2009

paper plane

Kukirimkan denting
sayup laju bersama pesawat kertas
yang didalamnya tertulis harap
dan mimpi yang tak pernah kubagi pada senyap

Kukirimkan asa yang meruncing
seperti ujung angin yang melintas
menerbangkan ke angkasa, bintang yang mengerjap
dan masuk ke relung tegas berderap

Pesawat kertas melintas....

Melewati lengkung bumi, meretas
samudra dan hutan yang memisahkan
menemukan jalan pulang kembali ke sanubari

bersama seribu doa tentang gerhana
yang tak pernah kesampaian
dan seribu satu rencana
rindu yang tak pernah tersampaikan

Pesawat kertas kuterbangkan
setelah kulipat pelan pelan
tertera seribu satu doa
untukmu, yang tak tergantikan makna




wuzzz......

pesawat kertasku
semoga sampai dihatimu.....







*Teruntuknya, yang entah kapan bisa kutemui lagi. Biarkan kini aku memendam rindu yang entah kapan bisa tertumpah dipelukannya. Semoga takdir masih memberikan kesempatan untuk gerhana dengan yang tercinta.......*

Supernova

Lintang dikutuk.


Ia bintang benderang, dan seperti halnya bintang yang hidup dari fusi, ia membakar hatinya untuk bercahaya bagi semesta, bukan untuk membuktikan diri seperti shinta. Ia tidak keberatan dengan itu. Ia tahu martir adalah takdirnya. Ia bukan putri kastil tinggi di bukit bulan yang hatinya serapuh kristal. Ia juga bukan ksatria pengembara yang bernafas dari angin dan menghancurkan dosa seperti tornado melahap bumi. Ia hanya memiliki satu hati yang siap bereaksi fusi - membakar diri dan benderang. Meskipun itu berarti tersakiti, tapi ia tahu sinar yang terbagi tak pernah mati.

Lintang bukan cuma bintang. Ia punya hati semesta. Masalahnya,hati semesta berarti merasa semua. Ia tertusuk dan jadi redup tiap kali seorang putri patah hati. Ia tertusuk dan meredup di tiap kesakitan dan resah gadis gadis desa yang disakiti. Cahaya nya adalah mozaik kaca pantulan rasa tiap sesuatu yang merasa dan wanita. Ia kaleidoskop besar pemantul semua.

Lintang suatu hari jatuh cinta pada pengembara yang punya sejuta cerita tentang para putri, badut, pengejar cinta hingga naga. Sang pengembara telah menorehkan jejak kakinya dimana mana. Dan pengembara terpesona pada lembut cahayanya. Tapi pengembara pernah menautkan sejumput hati di menara venus, juga di hati banyak gadis yang menunggu dengan tak sabar di kaki langit tempat cakrawala mencumbui bumi. Dan sejuta perih cemburu sakit patah hati gores ngilu meredupkan benderang lintang. Dan ia tahu sang pengembara hanya tertarik pada pancaran terang.

Maka ia menghabisi hatinya sendiri. Membakarnya lamat lamat karena tak kuat - di tiap airmata putri patah hati yang disakiti pengembara itu, Lintang ikut menangis. Tapi ia juga meredam cinta yang membuncah - lalu harus apa?

Maka ia menghabisi dirinya sendiri.. di satu ledakan energi berselimut putih abadi, ia ruah semua sakit dan cinta - yang hadir bersama. Ia menghablur.

Lintang dikutuk...

January 14, 2009

Stolen

Ia memotong sayapku

saat ia menangkap dan mencengkeram bahu
menyayat pelan semburat otot
mengirisnya
ngilu...


hingga mengucur darah merah
membasahi bulu putih..
dan mencampakkan tendon terakhir...

dan belati berlumur kejam
terongok, disamping miris airmata
hingga aku kehilangan mata angin : dimana cakrawala?

Ia mencuri sepasang sayap
karena bukan separuh malaikat
mencoba memasangkannya di bahu manusia
dan merajam keabadian, terikat

merengut separuh jiwa kar'na tak tahu harus terbang kemana
kotak pandora yang terbuka
sombong diri dan tergoda belaka - tadinya
merana jiwa
mengejewantah dambanya akan ruang tak terbatas fana

lalu ia mencuri sayapku.....

dengan belati berhias nafsu
merengkuhku
pelan mencumbu
larut aku, kukira bumi adalah segala
bersumpah aku adalah cahaya
dan kaki berpijak, saat membalas kecupnya
kala itu,

rengkuhnya jadi cengkaraman
dan dibalik senyumnya kulihat kilat
belati tajam, ngilu dan ...

lalu ia mencuri sayapku.






*with stolen wings we cannot fly. without empathy we shall fall. So Ignorantly arrogant : to disregard life for the sake of pleasure..and praise ourselves with the spoils of death*

Peek-a-boo!


Ciluuk, ba!

peri kecilku, pejamkan mata
karena aku telah mencintaimu, bahkan di kehidupan sebelumnya
dengan semerah hati dan secerah diri, merentang tak ternyana

Ciluuk, ba!
putri cantikku, pejamkan mata
karena kadang rasa membuncah yang meronakan itu tak bisa dilihat
rasakan saja, seperti merah muda di pipi yang menghangat

satu kejutan untukmu
sebongkah hati penuh rindu
dilukis merah, sesegar darah di nadiku
yang terus mengalir, berdenyut dalam irama cinta
kurangkai besar besar seperti lentera yang tergantung di langit
kusimpul kuat, kuikat
dalam tautan kelindan indah hingga hati tak bisa lagi sakit
karena kukumpulkan
jumputan memori tawa dan senyuman sehingga tak ada ruang air mata

Satu hati, utuh untukmu.
tak terbagi, tak ternodai.

Satu hati
penuh cinta yang membeludak membanjiri nurani

Satu hati,
bersemi merah indah seperti asaku tak bertepi

satu hati,
rasakan dan kecap manisnya

saat kau nanti buka mata

ciluuk, ba!

January 8, 2009

Run!

Mengejarmu

akankah dibawah bayang bayang malam gelap agungnya aku akan selalu berlari?
karena dicakrawalamu tak kutemukan pesan
menanti cemas, adakah ini perang?
akankah dibawah sendu cinta masa lalu kalian, aku akan selalu menepi?
karena disendiriku aku tak aman
pelita kecil ini, kujaga agar tak mati, sayang...

Mengalir padamu

adakah kau sadari gundah?
kini dan nanti, meraihmu nun tinggi
hati ini tak beku, hangat imajimu cinta ini bersambut nyanyi,
adakah ini semburat resah?


Mengejarmu
Terbenam pada cahaya yang tak jua gerhana....
Mengambang merintih pada rindu
Kutahu ini bukan epik, dan ia akan selalu punya tahta di sanubarimu..

Sedikit sedih saja,
mengejarmu....