My blog has moved!

You should be automatically redirected in 6 seconds. If not, visit
http://balonwarnawarni.wordpress.com
and update your bookmarks.

expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

December 22, 2010

..of you, twinkling..

Aku berjingkat,
mengintip sejenak dari ujung teleskopku
[hati kecil ini tak sabar menanti]
Ah, kau kerlip!

Bintang jatuh,
ah, atau itu kilat kelebat sayapmu
yang sebentar lagi mendarat di bumiku?

Ah Kerlip,

dan jarak tak lagi harus kita reka,
perlahan berjingkat secepat resital cahaya
selama musim merindu
dan bibir kelu yang tak henti rapal namamu

Ah kau, kerlip..

Kau yang mendekat,
aku yang mendekap..

dan tiada sepi, tiada sunyi
karena di semua beku kala hujan mengguyur hati,
kali ini kita tahu: ini musim semi

Selamat pulang, sayang...

December 9, 2010

Catatan kecil untuk M #2

Beneath the snowy veil..
Content like a panda bear..

Izinkan aku memelukmu dari jauh
merajut kepingan sinar mentari yang mencuri menyelinap masuk dari jendela kantorku
untuk menyelimuti malam-malammu yang dingin merindu

Izinkan aku mendekapmu dari jauh
memintal nada lagu dari riuh gempita siang terik yang merajamku 
untuk kubisikkan pelan, nina bobo musim saljumu 

Ah, izinkan aku sebentar saja
berkelana ke dunia imaji tempat bermimpi
dan membuka peti tempat kita simpan rapat rapat kenangan:
tentang pelukan hangat
tentang sandaran jiwa
dan rintik hujan yang berdansa
dan dingin diluar sana 
yang iri pada kita yang rapat berselimut
dan tertidur lelap...

..Beneath the snowy veil..
Content like a panda bear..



M, si panda kangen kamu. Cepat pulang, katanya :)
*lyric taken from Panda Bear- Owl City


November 30, 2010

Catatan kecil untuk M

Pada waktu yang tak bisa kutikam dengan belati agar ia cepat membawamu kembali
Pada jarak yang tak bisa kumampatkan agar tak memisahkanku dari hangatmu:
ngelangut aku pada sepi

Atau mungkin ini hanya satu lagi permainan hidup agar kita ingat dalamnya merindu? 

merajut langit hingga senja lalu lelap, 
memimpikan memelukmu erat..
mengukur waktu hingga habis peluh lalu letih, 
tersungkur di asa yang setia mendamba
..dan lagi lagi kita menyadari..

pada semua sesak udara, kita tetap ada dan mencinta
pada semua resah didada, kita tetap ada dan merasa
pada semua gundah gulana, tautan kita tetap terjaga

Pada milyaran jarak yang teregang
Pada detak nadi waktu yang terdispersikan : Mungkin ini hanya satu lagi elegi. Dimana ksatria mungkin sedikit letih dan sang gadis mulai menua.Tapi semua tak berarti tak ada lagi nyala, bukan? Karena pada lembaran nyata kita mengukir cerita yang tak selamanya berwarna, namun kita adalah bahagia. Ah, betapa kita tumbuh mendewasa..

Pada waktu.
Pada jarak
Pada rindu.

Kunanti pulangmu,
kesayanganku.

November 22, 2010

Wing-less

Terimakasih,
untuk mengingatkanku,

aku tak butuh sayap untuk terbang
jika sayap inipun tak tumbuh lagi,
akan kukumpulkan sisa bulu berserakah
merekatnya pelan pelan dengan iman
dan pelan pelan belajar terbang
(seperti ikarus yang menantang matahari?)

oh,
aku akan menggambar kerangka
menjelujuri dan membuat sayapku sendiri
mengumpulkan kayu dan benang
membangunnya dengan keringat dan darah
(seperti yang kulakukan selama ini?)

terimakasih,
untuk menamparku tepat di ulu jiwa
karena aku jadi terbangun lagi 
dan ingat mengapa aku disini.

untuk diri.
untuk mimpi


No they can't bring me down, no.. Nobody's gonna silence my fire to fly. No they just can't..Include YOU

November 21, 2010

on Long Distance

Galau membunuh memori hangat yang menyalakan kerlip alasan bertahan. 
Ah galau, pada alasan mana lagi kau akan bertumbuh?
Kacau membunuh akal sehat dan beribu halaman penuh perjuangan yang dulu kita banggakan. 
Ah kacau, pada sekam mana lagi kau akan membakar?

Atau,
Galau dan kacau bermuara pada sepi hati?
Atau,
Galau dan kacau berawal dari rindu tak terperi?

Galauku, kacauku
Sepiku, rinduku

Dan, hanya tulus yang bisa cairkan semua beku..
Bukan kata kata asal bicara asal aksara
Bukan kata kata yang tak bisa diraba lagi dirasa
Dan, hanya pada tulus rasa, galau dan kacau terbasuh..


*teruntuk alfaromeo nun jauh disana. Maaf untuk semua kacau galau hati, ini hanya sepi yang membunuh diri*

Oh well..

Oh well..

Mungkin lagi lagi cuma jarak yang harus diruntuki

Dan langit malam yang mengelabu
Entah disana bagaimana pagimu
Dan udara yang menebal rindu
Entah disana bagaimana hatimu

Oh well..

Mungkin lagi lagi cuma waktu yang harus dirajami

Dan bayang yang mengabur perih
Entah disana bagaimana mimpi
Dan derai yang mengganggu janji
Entah disana bagaimana diri

Mungkin hanya aku, yang ngelangut pada sepi..

Oh well..

*saat malam begitu menyesakkan dan kau terlalu jauh untuk digapai. Oh well...*

November 9, 2010

Note on November

Adakah novemberku

Dingin seiring salju di benua antah berantah setahun yang lalu?
Ah, tapi kau selalu menjadi matahariku
Dan aku berevolusi pada hangatmu
tanpa meragu, pusat semestaku

Adakah novemberku

Hujan seiring mega yang akhir akhir ini begitu mencintai horizon kita?
Ah tapi pada rintiknya kita ikut mendendang nada
dan pada merdu derasnya kita diam diam berdansa
meradanglah dingin karena ia tak bisa menyelinap di hangat tautan kita

Ah adakah November ini, sekali lagi
Angin menghembusmu pergi, sekali lagi
Pada dingin nun jauh disana?

Ssst, jangan takut, kecupmu.
Pada separuh purnama, kau harus bekelana
Dan kita, menutup November berselimut harap
Di rentang pembeda kala pagiku menjadi malam mu

Sst jangan takut, katamu
“ Aku akan selalu kembali pulang ke pelukan”

Ah, adakah novemberku?
Yang tak sabar merengkuh dingin desember
Kala sayapmu sekali lagi hinggap di hati


October 27, 2010

Mungkin?

Dan mungkin, diam saja..
Atau kau lelah mencoba?

Dan mungkin, bicara saja
Atau kau takut tak didengar?

Dan mungkin, kini,
Kau tak perlu merasa
Kau harus mati dulu
Agar kau tahu betapa
berharganya hadirmu

 Mungkin?

Jika

If I die tonight, would you weep for me?
Would you shed your tears, would you be sad?

If I die tonight, would all the good and bad time we had, flashed back in your head?
Would you miss me being mad
Would you miss me being sad
Would you miss all that?

If I die tonight, 
Would you still say , ‘wow you look so pretty’
As you used to say back then when you see me dress up

If I die tonight
Would you kiss me for the last time
As compassionate 
As deep and meaningful 
as you did the first time?

If I die tonight, would you miss my embrace?
Would you later seek to hold my warmth
In the middle of rainy cold night?

If I die tonight
Would your heart feel a loss
As it loose its other half?

If I die tonight,
Would you understand
How I long for your touch
How I long to be completed
How I miss your presence 
Your laugh, your flirts, your showering love?

Well…
If I die tonight,
As they say,
“just smile for me,..”
Well, if you must,
Be sad,
Be mad,
But do love me, still
And just as they say,
Just smile for me
as I once fought for my soul mate, for my better half
and for a love I hold tight to till the last… 

October 15, 2010

My personal Shamata



Hening menyerap warna warni jadi satu
di kedalaman yang ku tak pernah tahu ia ada di dangkal diri
di keterpisahan yang tak pernah kutahu akan semenyatu ini
di keterdiaman pada riuh yang tak pernah kutahu ia melodi

Hening terjaga, dan warna warni tersaput kuasnya
menyatu membaur mencerminkan diri 
berterbangan dalam pusaran energi, lalu menyurut

Hening gelap..
dan di pusatnya: setitik cahaya putih asa..

October 11, 2010

A Favor

..Segelas air, ditangannya, kala kuterbaring sakit..

Sebaris lagu mendengung dikepalaku.
bernyanyi bermain lompat karet lalu berjingkat dari satu sel ke sel otak lain
meninggalkan jejak basah yang membekas di simpul memori
dan jadi pedih, entah kenapa

Mungkin memang hanya butuh hening
dan bening segelas air,

Mungkin hanya "ada" yang bisa membasuh luka..

Sejatinya,
resapi saja sakitnya..
Lalu mencari hening dalam bening..
Mencari ada..


..Segelas air, ditangannya, kala kuterbaring sakit..

Wait!

Menunggu itu sepi,
menunggu itu sakit.
Menunggu itu membunuh detak di dinding
dan melawan sakit yang menggerogoti ototmu
menunggu itu menahan nyeri di dada
dan linu yang entah kenapa tak jemu jemu menusuk

Menunggu itu penat yang menggores tiap kali kau menghela udara
Menunggu itu dera yang bergema bersama riuh di sekitar pulau pesakitanmu
sementara kau, terlunglai, sendiri
sementara kau, terbengkalai, sendiri
sementara kau, menunggu...

Tunggu!

September 30, 2010

Puisi Pagi

Apa aku
bunga matahari yang selalu menoleh ke arahmu
sementara kau surya, berkelana mengarungi angkasa
Menyinari tapi tak pernah tahu dan peduli?
Tidak, bukan itu, kurasa..

Apa aku kelabu awan,
dan kau sang bayu
tiap kemana kau bertiup, aku mengikuti
dan saat kau tak ada, aku tak bisa kemana mana..
Tidak, bukan itu, kurasa..

Atau apa aku ilalang sepi
yang jatuh cinta padamu, sore hari
menanti dan menanti tapi tak pernah pantas memiliki?
Tidak, bukan itu kurasa

Ah mungkin
Aku tak perlu jadi siapa siapa
(atau berpikir aku itu apa)

Mungkin aku hanya harus menyadari
kaitan tangan saat jiwa kita saling menyentuh,
itu sudah cukup
detak hidup ku yang teresonansi dan beresonansi pada debarmu,
itu sudah cukup
dan sekelumit kalimat rasa sayang
serta tulus saat kita berkata rindu
itu sudah cukup..

Kau yang terbawakan hidup padaku
dan bertumbuh bersamaku,
Kita yang menyadari dan menerima rasa
(serta segala konsekuensinya)
itu sudah cukup..

Cinta
itu sudah cukup.
(Dan aku menemukan jawaban siapa diriku pada dalam matamu)


Teruntuk: AlfaRomeo, Pasangan jiwa. Bukankan semakin bersih diri, kita akan semakin bisa menjadi cermin yang lebih jernih untuk satu sama lain menemukan diri sejati?

September 20, 2010

A note on rainy day : home

Tik..Tik..

Pulanglah,
menapak tilas jejak lama
pulang ke niskala dimana semua bermuara

[aku menemukanmu di rintik sore itu, ingatkah kau? lalu kita sama sama jatuh cinta pada nuansa senja, dan berkelindan berpetualang, dari satu bentuk ke bentuk lain. Kau sempat menjadi bejana, dan aku teh yang tertuang di porselen cina. Lalu kita memutuskan untuk pergi mengalir ke selokan, riak kanal dan mencari cari jalan pada repih bebatuan..hingga mencapai sungai dan kita pelan mengambang pada damai]


Pulanglah..
karena titik airmu telah letih menganak sungai,
ia lelah, berenang mengarungi galaksi

Pulanglah..
ke pelukan samudra dimana seharusnya kau berada
ke sejatinya semua, dimana jiwamu seharusnya terjaga

Pulanglah..
Aku akan disini menunggu, hingga mentari menguapkanmu, sekali lagi
dan kau mengangkasa dipeluk mega abu-abu
menunggu..

Dan lagi lagi,
nanti,
pada satu hujan sore akan kujumpai lagi rintik ada mu..

September 17, 2010

Once upon a night...

A plead..
[Sang gadis meminta mataharinya, di sebuah malam saat gulita menyelimuti]

Her:
Dan tetaplah bersinar.
Karena kau adalah satu yang membuatku terus tersenyum, terus percaya

Him:
Dan ku kan pastikan pijar apiku selalu berkobar
membakar setiap titik sumbu yang ada di hatiku

Her:
Tetaplah memberi hangatmu
Karena disana, ada hidup..

Him:
Agar kau selalu bisa merasakan hangatnya, terang cahyanya
dan kaupun tenang dibuatnya

Her:
Dan aku, yang tak pernah berhenti mengagumi..
dan mencintai (mu)

...



Courtesy of: AlfaRomeo himself :)


Ini adalah kompilasi dari percakapan puisi pertama kami: "Her" adalah puisi saya dan "Him" adalah puisi balasan pertama (in fact, puisi pertama) yang ditulis AlfaRomeo untuk saya, on a very night. Who would've guest I'll get a gift of poem from someone who believed that poem is so-not-him :) Well, expecting more in the future, dearie AlfaRomeo..

September 15, 2010

Surrender

Sssh..

Biar kudekap erat,
mimpi buruk menjauhlah!
biar kuhangatkan sela relung yang mendingin,
sedikit sentuh lembut ditengah hujan mendera

Seperti malam malam saat sayup kudengar kau yang melantunkan kalam Nya
Karena kita hanya bisa berdo'a, bukan..

Ia yang Maha Baik..
Ia yang tak pernah sedetikpun tak mendengar bisik hati terpelan..
Ia yang rencana-Nya pasti dan akan menjadi..

biar aku ngelangut sendiri,
biar aku menguatkan diri..

karena bukan inginku..
bukan inginmu..
tapi ingin Nya lah,
yang akan mengejawantah..



Karena untuk apapun itu yang terjadi, kita harus kuat, katamu...

Ia : Ibunda

...Sentuhan lembutnya adalah alasan mengapa kau kuat berjuang keras di rimba semesta
dan untuk seulas senyumnya, kau rela meretas seribu samudra..

Dan teringat dulu,
masa dimana terkadang kau acuhkan ia
masa dimana ia selalu ada dan terus ada,
hingga mungkin sedikit ia menjejak di mimpimu

Ah,
Pada jejak yang tertinggal, kau mengingat

Peluhnya, terjaganya..
Senyumnya, sentuhnya..
doa'nya, harapnya..
gundahnya, sedihnya..

Ia: mengajarimu cinta
menuntunmu berkata
melepasmu pergi terbang mengangkasa
menangisi dukamu
membuncah senang pada bahagiamu
memuji kesederhanaanmu
mengusap peluhmu..

Ia : alasan mengapa engkau ada...

Ia, Ibunda.




For Mum..
For AlfaRomeo's Mum.. may she gets well soon..
For AlfaRomeo, for standing strong, still..

..nothing lasts forever..

..karena kita hanya sebulir pasir ditengah padang pasir semesta dan maya sebenarnya adalah nyata, maka selalu kuingat, sejatinya semua adalah sementara..

Maka pada kesementaraan ini izinkan aku berkhayal tentang keabadian yang terefleksi sesaat kala kutemukan nirwanaku di telaga matamu. Maka pada kesemuan masa , pada semua ketidak kekalan ini, izinkan aku berdiri dan memperjuangkanmu, untuk hidup, yang hanya sekali. Untuk semua yang kita cintai, karena satu rasa tak berhak menghapus akar kita, bukan? Dan rasa kita akan memperkuat, menjalin tenunan harmoni sempurna dengan semua yang kita cinta. Pada waktu yang tak kekal , yang kita tak pernah tahu awal dan akhirnya ini, aku akan tetap bersabar hingga kau mengaitkan janjimu sepenuhnya padaku. Maka sebelum tenggat waktuku tiba, izinkan aku menjadi separuh sayapmu untuk mengangkasa. Apakah karena semua ini nyata yang terhancurkan masa nantinya,maka kita tidak berhak menorehkan makna, berjuang dan mencinta?


Pada semua yang sementara..
Pada kita, yang tak berhenti mencinta..

September 7, 2010

Solid

And never have I felt this serene..

Karena kau menjawab ragu dan tanya bukan hanya dengan kata..
Tapi dengan selubung hangat yang kau selimutkan tiap kali aku kedinginan
Dan secangkir susu coklat, serta kecup pelan di kening
Dan tulus tanpa cela yang terwujud di setiap laku
Dan caramu berhati hati untuk tak secuilpun menggores rapuhku
Dan senyum tak pudar di damaimu setiap kali kau mengajakku berdoa
Dan semua yang hanya ada padamu
Dan aku
yang ternyata hanya perlu dirimu..


Untuknya, yang menghapus gerimis tanya di jendela malam tadi dengan hangat mentari yang menyinari tanpa pernah meminta kembali.. Untuk membuka mataku pada sejuta sinar yang juga ternyata kumiliki..


September 6, 2010

me chicken

Kadang terlalu bising desing ditelinga dan mimpimimpi buruk bersliweran, sejuta tanya sejuta ragu sejuta curiga sejuta sedih sedjuta andai ah tak berguna!Sudah sudah, pasti kau akan berkata tak ada yang perlu dikhawatirkan kini, karena kita sedang berjuang berjalan menapaki hari. Jadi pikirkan yang indah saja, katamu pasti begitu, karena nyata sebenarnya adalah apa yang kita percaya, bukan? ah saat sejuta tanya membentuk awan yang menghalangi pancaran mataharimu entah kenapa aku mengabu. Tolong..aku ingin dipeluk lagi, diyakinkan berkalikali bahwa kau tak akan pergi, tidak seperti semua yang terdahulu. Diyakinkan bahwa apa yang kita punya tak akan mati, tidak seperti semua rasa yang dulu pergi. Ah aku takut atau aku pengecut? Aku hanya ingin menjaga akhir kita bahagia, tak apa apa, pasti katamu. Ah sore ini aku jadi sendu cengeng sendiri, persetan itu melankoli, aku meruntuki. Hanya ingin dipeluk, erat sekali... Karena aku tetap tahu kamu: belahan hati yang tak pernah sedetikpun berpikir untuk pergi.

The Spinning Wheel

Awal adalah ragu yang membulat jadi tekad
untuk merajut pintalan cerita di roda masa..
lihatlah, awalnya jemari tertatih,
berdarah tertusuk jarumnya

[Aku yang tak yakin pada diriku sendiri
dan kau dengan sejuta beban di pundak..]

Tapi masih saja kita memutuskan untuk melebur dua jadi esa..

Hey, lihat kini kita berputar seiring hari,
dalam warna warni benang pelangi
dalam rutin ritme melodi rintik sinaran
dalam pola yang kita lukis dengan jelujur pengorbanan
dan akan semakin terbiasa kita..

Dengar bunyi sulur menenun asa
yang ditasbihkan air mata dan doa,
agar kita bertumbuh dan semakin menguat
agar cinta terjaga dan janji (suatu hari) terucap

menenun cerita akhir,
memintal benang warnawarni takdir
merajut dua hati menjadi satu ukir..
[kita percaya]
akan kita jadikan ini indah..
akan kita temukan sempurna pada semua sederhana..

dan pada waktu,
kita akan terus menunggu..
kita akan terus melaju..
hingga akhir,
hingga takdir..

September 3, 2010

The answer [for the question I asked last night]

Bersabarlah..

Karena sekarang hanya itu yang kita punya
dan sebentuk cinta yang hati hati dijaga
dan sejumput asa yang membakar nyala
memberi nafas dan menerbangkan balon udara kita

Bersabarlah..
Karena mungkin kita bukan awal cerita
walau kita adalah tautan kepingan yang dulu hilang
tapi kita telah berikrar ini akhir yang harus diperjuangkan
harga telah dibayar, dan pengorbanan telah ditorehkan

Maka bersabarlah, jiwa..

kita pernah melalui hari tak bermatahari
saat mega hitam menguasai dan semua ceria mengabu
dan hujan menerpa, bayu mengobrak abrik pertahanan, dahulu
kita pernah berdiri ditengah badai, terpisah jarak waktu
sampai sum sum diri membeku, dan hanya bisa saling menguatkan
kita pernah tidur di malam malam tanpa harap
dimana nampaknya air mata , peluh rapuh jiwa lelah menangis mengaduh
dan kehancuran pada sedih hanya satu inchi didepan mata
Kita pernah disana..
Hingga bisa kita lihat ada selukis pelangi
Hingga maya kita jadi nyata
kita tetap ada dan selalu ada..
kita baik baik saja, dan selalu akan baik baik saja..

Jadi berhenti mengeluh dan tersesat di labirin mimpi buruk,
karena apapun itu yang menghadangmu,
tak ada yang perlu dikhawatirkan, sayangku..

Bersabarlah, ya..
ini hanya satu lagi hari,
ini hanya satu lagi elegi..

Kita akan menjaga akhir kita,
kita akan sampai disana..

Bersabarlah..



for I will, be patient..and always try to be...

September 1, 2010

If I die tonight

Jika waktuku habis malam ini..

Mungkin aku
bukan si sulung yang selalu kuat dan membuat bangga
bukan kekasih yang sempurna
bukan sahabat paling setia
bukan hamba yang tak berdosa

Mungkin aku
terjatuh berkali kali
menyakiti berkali kali (dan aku memohon maaf untuk itu)
tersuruk luka berkali kali
mennangis berkali kali

Tapi aku telah hidup dan menapak jejak
terbang, tetap terbang dengan beban di pundak
memilih untuk berjuang dan mencinta
dan tertawa, menemukan damai, jadi aku baik baik saja..


Jika waktuku habis malam ini, kupinta satu saja..
tersenyumlah, untukku..

itu saja..


*inspired by If I die tonight - too phat*

August 30, 2010

There, there...

sudah sudah..
biar kudekapkan teduhku, agar kau tenang
biar kuendapkan amarahmu, agar kau tak bimbang
biar kuredakan badaimu, agar semestamu riang
biar kubekap sejenak ruangmu, agar ramai cacimaki dunia terhenti
dan yang perlu kau dengar hanya alunan suara nurani

sudah sudah..
carut marut dunia luar sana biar jadi aksara yang mereka eja
apa daya , kita pun masih tertatih terbang, menguatkan dan berjuang
jadi biar saja dunia meracau sepi, kali ini mari benahi sayap kita sendiri..
karena luluh seribu topeng kala mata kita bertemu pada niskala

Sudah sudah..
Ingat kini: kau tak sendiri



untuknya,yang selalu bisa meredam semua amarah :)



August 27, 2010

Twinkle Twinkle Little Star on Violin

Sulur rasa yang berkelindan, mencoba meraih bintang kecil

Mengalun nada dari dawai biola

Menjelujur, bertumbuh dan mekar

Lihat di tiap pucuknya ada kerling sinar

Lihat lebih jeli, akan kau temukan sejuta memori

Menitik gerimis, ada melodi lagu tentang tawa-tangis-peluh-ego-kasih yang mengalir

Hangat membuat sejuta sedih mencair Mengalun, mengerlip..

Lihat, sang rembulanpun berkedip!

Menelusup lewat sela jendela kamar

Menumpang senyap sang bayu, beresonansi ke langit utara

Dan menghangatkan udara lewat dekap

selaksa makna dan lembut hati dan rasa menyuara…



Kerlip..kerlip bintang..


Simplicity

Sentuhan hangat kala dingin dunia memunggungiku,

Sesederhana itu..

Sesuap harapan untuk jiwa yang dibuat kerontang kala realita kian kemarau

Sesederhana itu..


Meraih tanganku dan merengkuh rapuh

Menyentuh intiku pada satu pinta : mari mengangkasa bersama

Sesederhana itu..


Ada kala hampa,

Diam disana, mendengarkan

Diam disana, menghangatkan

Diam disana, menguatkan..

Diam disana, mengajakku berdoa..

Diam, dan aku yang menyelam ke birumu

[karena di tenang danau matamu, damai terdefinisi jadi satu simfoni]


Kau : sesederhana itu


August 16, 2010

On Our Way Home

dan jembatan terbakar dibelakang sana, masa lalu yang terserak

kau berhenti sejenak..
menghapus airmata dan pedih kepul asap
berdoa agar perih dan luka cepat terserap
berganti pucuk hijau baru, jadi ia bahagia..

dan kau yang kehilangan satu sayap dibelakang sana

adakah kau kini mengusap tinta senyum menutupi sedih amarah luka dibaliknya?
adakah malammu gusar oleh bayang hantu sesal?
adakah rapuh hatimu tercungkil satu satu?

lihat aku yang akan selalu menghampiri tepekurmu..

biar kubasuh bilur perihmu dengan asa yang tersisa hati
yang walau kecil tapi tak pernah berhenti mencintai
dan kemarilah, biar pundak ini menggamit pundakmu
dan letakkan sebagian beban sedih pedihmu di bahu ringkihku
ia ringkih tapi setia menemani, bersama menahan berat semestamu yang membiru..

tak perlu katakata untuk tahu rasa yang ada
dekap, dan mari tenggelam pada hangat yang suatu hari mungkin berubah jadi nyala

nyala yang menyembuhkan,
nyala yang membebaskan..
nyala kala ada nanti kau meminta..

maka untuk saat ini,
izinkan aku mengaitkan jalinanku

dan dengan dua separuh , kita mengutuh...
dan dengan izinNya kita mencoba mengepak
mengatasi takut sesal dera resah risau berdetak..
mengatasi kepul kabut dan menunjuk bintang kita -
menemukan jalan pulang di tiap sejuk oase pandangan mata..

izinkan aku menggenggam hatimu hati hati
izinkan aku belajar menjadi sparuh pasang sayapmu..
izinkan aku mencinta..

whilst I go on...

..Dan saat aku inginkan ini untuk jadi cerita peri,

maafkan aku untuk tibatiba gerimis pada melankoli
karena di denting sayap harap, kita tersadar dibelakang ada luka
ia menganga menunggu menikam senja...

ah andai saja kau tahu,
tiap malam kuterbangkan satu gugus bangau kertas dan doa
agar semua jiwa yang tersakiti kembali bersemi
dan waktu jadi ramah lagi pada kita, tak merisau ia
dan gurat pekat sakit tertutupi bahagia, nantinya
semoga tertemukan, belahan jiwa..

aku merapal tak henti,
aku mengharap tak henti
aku hujan tak henti..

hanya ingin ia melihat,
lembarnya juga cerita peri
dan diujung sana, ada pelangi..



*siang ini, entah mengapa, ceritaluka membuatku tertegun diam.

August 13, 2010

Pohon

“Aku tak ingin melihatmu menangis…”

dan kata seperti biasa tak terucap tapi terjelma
kau merengkuh sulur jiwa, pelan dan hati hati
ah, bukankah ia dulu terinjak tercampak luka
Hangus habis terbakar kelam masa dulu
Hingga ke akarnya, diam malu malu sembunyi
Adakah sulur menjangkau pusat semesta lagi?

Tapi bagimu akan selalu ada benih kehijauan di tiap gersang hati yang patah arang
Dan dengan sabar kau tuangkan hatimu

[walau kita sama sama tahu kau terluka lebih dalam daripadaku]

menyiramiku dengan sentuhan tulus dan lembut doa malam hari
membasuh kelamku, menggantinya dengan kunangkunang di ujung jemari
dan selalu dapat kudengar samar kau bernyanyi..

"bertumbuhlah..
tersenyumlah..”

“kuletakkan kubah kaca agar pucuk daun pertamamu terlindung dari air mata
kusematkan hangat di putik awalmu, agar bersemi lembaran baru
maka bertumbuhlah,
hujamkan akarmu di bumiku
bertumbuhlah hingga ujung sulurmu mencapai pusat semesta..
dan akan kau lihat, sebulir bintang baru bertumbuh darimu..”



Because love nurtures…

August 4, 2010

Poem in You

Kau dan semua ringkih sayap separuhmu..
[yang selalu kau bilang, tersempurnakan dengan sayap separuhku]
kau dan semua keajaiban di oase jernih matamu..

kau..

..A not so very ordinary lad or name...
But who's to blame?..

Kita yang sedari malam berdongeng,
dan menggores jejak, menapak bima sakti dalam binar
mengumpulkan bintang di kantong impian
lalu menggantungnya di langit langit kamar

[siapa lagi, bila bukan kau,
yang bisa membiaskan bayangan lentera menjadi epik cahaya
dan hangat tak terdefinisi dari rembulan?]

tak perlu alasan alasan untuk tinggal,
karena di binar matamu aku menyempurnakan diriku
dan takkan pernah ada setitikpun sesal
karena di dekap lembut kita berbisik dan terpaku
di halaman tentang hidup, dan hari esok
dan jemari terpaut, dan jalan berkelok
jangan khawatir, katamu, dan mengecup keningku

[kau yang masih saja bersabar memeluk merekatkan keping keping puing hancurku
menjadi kolase kaca yang kau jaga sempurna]

Ah, kau yang adalah puisi..
tempat aksaraku menyatu menjalin rima
dan pada dirimu, menemukan maknanya..
Ah, kau..

..A not so very ordinary lad or name...
But who's to blame?...



teruntuk : AlfaRomeo :)

July 28, 2010

Waiting

dan larutlah gelap di batas horizon..
dingin terseduh di relung, meyesap kosong
lagi lagi detik berkhianat, kenapa ia lambat?
aku mengeluh pada jam tangan dan waktu yang merambat

kantuk lelah ini, menunggu terajam
mengutuk hari yang memenjara kita pada osilasi menjemukan
pada malam kita temukan satu kebebasan, bukan?
aku yang bermimpi tentang rasa pelukan
dan hujan gerimis menjelma kecupan

tak ada yang salah, hanya kita dan tumpukan kertas
kerdip layar yang menuntut, tak mau diduakan
ah, cepatlah, cepatlah datang
jemu ini mulai mengelam,
mengasapi pelupuk yang tak lagi pintar berimaji
cepatlah, cepat datang..
karena kau: pemutus sekat yang mengikat
dan pada binar matamu semua lesu meleleh jadi rindu yang pekat..

periodik

dan pada lingkaran semesta
kita runut jejaknya..

Lagi lagi kita berputar pada siklus cinta-asa-rindu-ego-amarah-rindu-asa-cinta
seperti samsara yang rantainya tak terputus dan melingkari jiwa
dan lagi lagi kita berpusing, tertawa, menangis, berteriak, mengaduh, tersenyum..
dan lagi lagi kita berpeluk, berjuang, berlari, terjatuh, tertatih , berayun..

Pendulum menggelayut pada abadi
dan kita terus kembali ke titik saat jemari tertaut pertama kali
dan kita terus kembali ke titik saat sesak dan perih menguasai
dan kita terus kembali ke titik saat peluk menyelesaikan semua
dan kita terus kembali ke titik saat kita remuk redam tapi tetap percaya
dan kita terus kembali..

bawa aku ke awal yang adalah akhir..

July 26, 2010

Welcome home

..Dan sayap itu menutup pelan
menyisakan kita yang terbuai di tengah lembut lembayung..

saat tiap inci jarak menjadi tak tertahankan
saat tiap getar sel adalah keajaiban
saat tiap rindu mewujud buncah rasa tak terkatakan
saat tiap aksara meresap , menitik pelan

Hei,
Lama tak berjumpa bukan berarti meniada
bukan hanya rindu yang menua
sepi yang jadi biasa
dan cinta yang perlahan medewasa

Tapak kaki mulai mengapal, lihatlah..
di jejak jejak yang kemarin sore basah di rerumputan setelah hujan
dan senandung kesepian, berpayung sendirian
sembari melirik langit yang sama pada belahan dunia berbeda
berjalan sendiri :kau dan aku adakah lelah?

- dua makhluk bersayap separuh -
sudah cukup bayu membawamu pada perjalanan
dan kini kembali

Ssst, kau mengecup pelan keningku
dan aku yang menggelayut manja di kokohmu
ah, cukup ini : bertemu pada satu nihil dan jatuh cinta
pada samsara, pada narcissus dan bayangannya
sekali lagi, kita berkaca - ternyata kau masih separuhku
dan aku yang selalu separuhmu

sayap separuh yang hanya esa jika dua ada
dan berjumpa,

dan kita yang letih, dan rasa tak terepih
kembali pada sejati, menaut menjalin di satu relung
yang kita sebut : rumah

saat kita tertaut, dan seinci jarak menjadi tak tertahankan
saat tiap sentuhan menjelma keajaiban
saat tiap rindu mewujud buncah rasa tak terkatakan
saat tiap aksara meresap , menitik pelan

Selamat Pulang,
Selamat Datang...

..Dan sayap itu menutup pelan
menyisakan kita yang terbuai di tengah lembut lembayung..

Selamat Pulang,
Selamat Datang...

July 20, 2010

Afternoon rain

Tik
Tik
Tik..

[bunyi hujan di atas genting]

atau itu denting?
nada yang menyelinap pelan
berjingkat pelan
lalu menandak riang,

ah hati,
(bisakah hati bersiul?)
karena kini ia bukan hanya gumaman
tapi harmoni yang serupa prelude di kotak musikmu semalam
karena kini tiap bunyi alto perciknya
menjelma gerimis orkestrasi sore
dan pada soprano hembus bayu yang teduh
ia lamat lamat rintik yang jatuh pada rerumput
membekas ,
pelan..
dalam..

tik..
tik..
tik..

[bunyi hujan
mendenting
di hati..]

Lesson learned : lari


Memaksa diri berlari
mengikuti penjuru,
kembangkan langkah
sibakkan peluh
dan rasakan, hembus bayu

Dan perlahan, menanjak..
saat perih letih, berat tertapak
saat luka, habis nafas seakan tersesak
tapi lihat, laju memori bersliweran, riuh mengarak

jangan berhenti..
kita belum terbang, sayang
jangan terserak hati..
melambatlah jika lelah,
berjalan dan menghirup sisa molekul keberanian
hembus semua takut dan hantu kelam
jangan berhenti...

Lari..
hingga ujung tebing terjanjikan...
dan di landainya,
tanpa kita tahu, sayap menguat
dan genggam mengerat..
Lari
dan

terbang...

June 30, 2010

Home

Menemukan jalan pulang
ditengah kepul asap dan abu
aku takut,
tersesat?
atau takut
bahwa rumah adalah cermin sempurna
dan pada bayangan aku melihat belati
membunuh diri...

Bisakah?
menemukan jalan pulang
ditengah puing
dan rasa rindu yang tak tertawar..

Pulang?

run

Berlari
jauh ketepi cakrawala
aku hanya ingin menemukan kaca
tempat dulu kita bercermin
dan terpantul sempurna

karena kini kalbuku memburam
dan bercak hitam itu, ia tak mau hilang
[atau aku yang terlalu taku menghapus noda?]
ah tak lagi bisa kuberkaca
jadi ingin hilang saja..

berlari ketepi cakrawala..
sembunyi sebentar saja
hingga nanti bisa berkaca..

ah lelah, dimana cakrawala?
atau sembunyi di lelap malam
sambil memimpikan hilang
sebentar saja,
di cakrawala..

unravel

Dan noda gelap menyelimuti..
seperti rahasia yang tak bisa dibagi..
aku.

Terdiam di sunyi :
adakah aku masih akan dicinta
dan direngkuh seperti dulu?
Adakah wangi pisang goreng sore
dan hangat pelukan akan tetap tertanam?

Disini gulita
dan aku mengigau dalam tidur
menikam pisau pada ia yang tak pernah ada
(atau nanti kita berpurapura bahwa ada jadi tiada?)
menangis tersedu,
menggapai tangan lembut
ah jauh sekali...jauh sekali..
tak tersentuh, tak teraba
hanya terlihat gemerlap, samar samar dunia kristal kaca
sempurna..

pakai saja topengnya,
biar tak terlihat semua air mata
tak ada nyali juga, bukan?
hanya sanggup bersuara
tapi,
tak berani menatap mata
karena diteduh lautnya,
airmataku kebas
akankah aku masih
salah satu bintang di langit cerah?

ah..
maaf..
maaf ini tak pernah ada
maaf..

dusta terlalu kelam, tapi kadang malam menyembunyikan
seperti racauan pengecut yang sembunyi pada selimut tua jarak
dan topeng kaca yang rapuh, menanti dipecahkan
dan noda gelap menyelimuti
aku: rahasia yang tak bisa dibagi

May 30, 2010

Gutte nacht, Schatze..

Ssst, malam inipun, jangan takut..
Kita baik baik saja,
dan kau harus melepas penat,

Menuliskan mimpi dan menggantungkannya pada balon udara
dan bintang yang terajut sempurna di cakrawala
ada bulan yang tersenyum, ssst!
maka pejamkan mata dan berdoa, memohonlah,
semua akan baik baik saja,
kita masih lelap dipayungi langit yang sama..

Jangan takut, jangan khawatir
semua mimpi buruk pasti berakhir
buka saja kelopakmatamu, dan raih tangaku
ssst... aku ada kapanpun

aku ada di tiap detak nadimu
aku ada di dengkurmu,
aku ada di keluhmu
aku ada di sakitmu
aku merasakanmu...

Jadi rebah saja
sayap lelah, dan hati yang butuh istirah
kelopak matamu memberat, ayo, rebah saja, cinta..

Lelap, lelap yang nyenyak pada sang malam
Lelap, jangan takut pada kelam..
Lelaplah, mari kita memburam...

Ada

lagi lagi hadirmu lagu
yang menyiulkan nada hingga penuh relungku
dengan naik turun nada dan harmoni
menuliskan aksara yang menjalin puisi
alangkah hidup!

lagi lagi hadirmu candu
yang kureguk hingga aku tersedak pada euforia
yang kujilat bahagia hingga tandas titik terakhir
yang kuhirup hingga sesak dada ini dengan bahagia
yang menyalakan api di tungku hatiku
membakar hati lamat lamat hingga dingin duka mencair

...

lagi lagi aku memanggil pada semu
padamu dan bayangmu
pada jejak wangimu
pada tiap bukti ada mu,
pada bingkai yang membisu..

ah lagi lagi hadirmu kurindu,
dan tak pernah berhenti kurindu...

lagi lagi akupun akan selalu tahu
senyap sunyi tanpa candumu itu semu
dan kubunuh hari satu satu
lalu kupelukmu, erat...

dan lagi lagi ada mu, ada ku...

April 6, 2010

Morning Rain - Fragment

Saat hujan pagi :

lihat sang gadis kecil mengganti pusat semestanya!
tapi ia berhenti menangis, bukan?
dan ia mulai menenun berjuta cahaya pada lagu,
dan bernyanyi walau gerimis..

Lihat sang gadis kecil kala ia bukan lagi berevolusi pada dirinya
membagi hati, mengirisnya pelan dan menorehkan sayap separuhnya
atau itu bayang sempurna narcissus yang bercermin pada tirta?

Lihat sang gadis kecil, ah ia masih saja tak bisa berhenti berandai dan membaca pertanda..
Tapi kini ia tak sendiri, menapak mimpi seiring melihat, meski kadang menanti cemas..
Ia mengaitkan gravitasi dunianya, pada satu sosok yang datang dengan sederhana..
Ia menyulurkan nadinya, pada satu sosok yang tak membolehkan mimpinya dirampas...

Lihat sang gadis kecil jadi melankoli, saat hujan pagi..

Being Tired..

Dan gundah. Adakah kau yang mau kau tunggangi semua sinyal digital hanya untuk membelai tulang pipiku lalu mengecupku pelan? Berkata selamat pagi, mari kita menenun mimpi. Karena saat ini siang adalah tempat sembunyi, sesunyi kecupan kecupan yang diditipkan lewat gelombang suara, atau adakah sinar mentari masih membuat kita menyadari kita berevolusi di satu tata surya yang sama?

[Ah kau selalu tau di relung mana harus menyeka airmataku, di kelabu mana harus meneduhkan kala terikku mengaduh, di terjal mana aku melelah dan beban memberat..]

Tapi takkan lama, katamu, karena waktu berlalu saat kau selalu menggenggamku di dua keping telapak tanganmu yang siap mengganti kelam jadi terang.Dan lagi lagi aku tahu sampai nanti aku takkan sendiri. Ah aku harus berhenti bertanya, karena gulana hanya membawa bencana bukan? Ah aku harus berhenti gelisah, karena hanya menyendukan kisah. Lagi lagi hingga semua mengabu kau tak pernah terlalu lelah untuk mengaitku dalam satu yakin: kau ada dan selalu ada. Seribu lelah ini takkan lama, seribu resah ini nanti akan sirna. Ssst, jangan bertanya, sudah, lirik saja kembali kesuatu ketika, dimana dulu kita berdua bersimpuh pada doa, hanya agar dua separuh bisa mengutuh...

April 3, 2010

I dream of..

....Kau yang merentangkan peluk untuk tiap lelah yang tertera dan bahu hangatmu yang ada untuk tiap dera. Tawa yang menggema dan harmoni hati yang bernyanyi saat dua jiwa bercengkerama. Mentari yang terbit lalu tenggelam dan tautan tangan yang selalu tergenggam...


Aku letih. Bawa aku pergi.

Ayo, kita pulang. Di satu relung dimana kita bangun bersampingan pada kecup surya lalu berjalan pada riuh siang hingga menemukan titik untuk melihat senja sembari menyeruput teh hangat dan bersendau lalu pada malam kita berdansa hingga lelah memaksa kita bermimpi dan terlelap...


Rain

Pedih membadai di kepalaku, entah mengapa satu percik impulse menguap membentuk awan dan jadi hujan. Tapi seperti halnya siklus tirta, takkan lama hujan mengalir dan kala sapamu ada, kala adamu nyata, hujan merinai ke sungai, yang mencinta mendamba tanpa surut, yang mengalir memberi..

Terjalin terunut kita ke urat nadi rasa, dimana akan selalu kau temukan aku dan kutemukan kamu, terjalin terunut terengkuh dalam simpuh. Dan kolase rasa: cinta senang sedih pedih lelah gembira benci ingin keluh kesah membuncah..dan kita akan selalu bisa pulang ke rumah..

Rintik menitik di jendela pagi yang menyapa, adakah kau masih lelap diujung dahan sana? Menggelayut kantuk di mataku, ah pagi memang menutup hari. Semoga bayu bertiup sejukkan nurani, hantarkan kecup untuk belahan hati..

Can't smile without you

[karena kamu - sang rembulan yang terbit di setiap malam dan menaungi kalbu dari sejuta mimpi buruk meresahkan...]

Ah. kau yang menapak datang pelan ke kehidupanku. Dan siapakah yang akan percaya aku menemukan refleksi sempurna pada jiwamu? Dan kita yang saling tertarik tanpa tahu mengapa.
Dan kau yang menyinari tanpa berhenti. Dan kau yang ada tanpa bertanya. Dan kau yang merasa...

Tahukan kau berapa purnama aku berdoa untuk adamu? Untuk senyummu? Untuk peluk hangatmu?

Separuh sayap ini mungkin pernah patah. Separuh sayapmu juga mungkin dulu lelah. Tapi kini lihatlah, dua separuh kini merengkuh. Dan Angkasa yang dulu kita kira tak ternyana tapi lihat, kini kita tertatih bersama, terbang ke ujung dunia..

Ah, kau yang merentangkan lenganmu lebar lebar dan membersitkan senyum kala datang belahan jiwa..

Ah kau, yang membuat pilu saat jarak harus direka..

Ah kau, yang masih saja membangkitkan bahagia di tiap nada, jauh dari sana...

January 15, 2010

For Thee who put meaning to words

Untuknya,
yang memberikan lagi makna pada kata yang tadinya hampa
yang menyalakan lagi pendar aksara yang tadinya menolak dieja
yang meletakkan pena kembali di genggaman,
mengisinya dengan rintik hujan dan warna awan
dan rima yang hinggap dari udara

Untuknya,
yang berpeluh menembus semak berduri tajam
dan tergores luka, dan mengecap sakit tapi tetap berjalan
yang tertatih pelan di senyap kelam
dan airmata yang tak tertunjukkan

Untuknya,
yang menggoreskan lembut sinar bulan
di luas gelap cakrawala dingin yang mendamba
menyelimuti ragu, bimbang dan semua ketakutan
di ramainya keluh jiwa yang merindu sunyata

Untuknya yang mengajarkan ada laku yang menjadi makna kata
yang mengajarkan bahwa rasa selalu datang dengan peluh dan airmata
yang mengajarkan bahwa rasa juga selalu datang dengan hangat di jiwa
yang berbagi sayap untuk mengangkasa

Untuknya,
yang ada, dan memaknai ada lebih dari sekedar kata.

Terimakasih...