My blog has moved!

You should be automatically redirected in 6 seconds. If not, visit
http://balonwarnawarni.wordpress.com
and update your bookmarks.

expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

March 28, 2009

I dont know what I can save you from....

Persetan dengan bintang biru!

Apa jika ujung ujungnya terlalu tajam dan menghunus belati ke tiap detak nadimu? ah kau yang membuat dirimu nangis sendiri, ah kau yang dengan bodohnya tenggelam pada sunyi.. berharap suatu hari semua luka tertutup bila terus tergarami. Sudah biar saja tersenguk tersayat tersesak sendiri toh katanya kau pantas dirajam ah takkah rasa kau masih berjiwa! Apa semua pahit bila redup tak terjamah dan makna jadi tak ada, tak usah saja sekalian pada keabadian terukir nama galaksi! Persetan dengan semua mitos dongeng happy ending, bagaimana bisa kesana jika jiwa tertatih luka?



Maaf...
Tapi persetan dengan bintang biru.

Atau pantulan bulan. Atau reaksi fusi mentari. Atau ledakan supernova. Atau membekunya energi. Persetan dengan semua rima manis dan kisah yang malah tragis. Persetan dengan keakuan, keengkauan dan kekitaan. Kau mulai tak percaya nadi ini ada untuk menghantar detak osilasi nyawa dan bukannya untuk didera. Ah bahkan kau tak tahu dari apa kau meyelamatkannya. Atau cuma menyemat lagi satu tanda mata? Maaf untuk memaki, hasrat ini redup. Sekhayal bintang biru sialan yang berputar diorbit semesta dan menandaknandak meminta jatah jadi jumawa, ah ia memang pusat semesta jadi mau apa?


Katamu,
Mau kamu, bintang biru..



Persetan dengan segala mau dan mimpi - toh nantinya cuma atom labil belaka saja, atau lebih buruk, dikira dusta?!?!?! Jadi sebaiknya diam saja, segel itu esensi kata dan tak usah bicara. Oh, lebih baik lagi, mengapa tidak membekap mata seperti gandhari, dan oh akhirnya melahirkan ribuan raksasa? Ah itu benci yang menggeliat atau rasa percaya gelap yang terkikis semua sebab chaotic entah apa. Jaid jangan lagi bilang mau bintang biru! Persetan semua itu!




Tetap saja....
Kau kata:
Mau bintang biru...




[sementara ia. bintang biru.tak ternyana]


*karakter bintang biru adalah copyright dari dicky.

Dreamy Mumble#1

Berpusing di satu mimpi warnawarni tentang gulagula pink dan belati. Ah biar semua kilat cahaya itu mendesing! biar baur semua batas nurani - aku senang sedih sendiri dengan candu kuhirup dalam dalam sampai rasanya mau mati.

[mungkin memang pantas tersakiti hingga nanti tersadari betapa lelah diri ini terus menerus memar dan berdarah]

"PLAK!"

Nona kecilku menamparku. Hingga hilang semua bintang dan bulan angkasaku yang berpilin ditengah asap memabukkan dimana aku menagis tertawa tersenyum merapal semua sendiri. Ah nona kecil jangan bangunkan aku, biar saja aku bodoh dan menistakan diri untuk sekedar sedetik mengecup wangi nektar abadi dari semu jemu asmara. Ah nona kecil biar aku membodohi diri sendiri hingga tak sadar betapa sering si belati menyayat nadi [atau aku mungkin sadar tapi tak mau tahu?] hingga tak lagi merasakan sesak yang memburu dan merengut nafas tiap kali satu keping sabar diri terinjak lagi [ ah bahkan aku akan diarak kelilingkota dan dirajam dengan hinaan - pembohong besar!] dan lagilagi menarik nafas dalam dan membiarkan satu bulir darah tertetes pelan dari sayap usang yang tercabuti. Cukuplah segala dongeng peri, memang kenapa kalau aku hanya ingin disayangi? Walau itu berarti lagilagi tersenyum menahan perih [sampai kapan mau begini, hardik si nona kecil yang terdengar samar mencuri paksa masuk mimpi] Ah aku yang jadi lupa rona merah di semangkuk ceri..

"PLAK!"
"PLAK!"

Nona kecil menamparku berkalikali malam ini...kala aku ngelangut menghancurkan diri di setiap hirup bulir candu bernama mimpi. ah memar biru menyadarkanku pelanpelan bahwa hati ini masih ada tanpa harus ikut menghitam...bahwa diri masih layak mencintai tanpa sakit menyakiti.. Ah kata nona kecil sayapku masih bisa hingga ujung bianglala. Ia percaya. Mengapa aku malah purapura sayap itu tak ada dan menggarami luka?






" Idiot! When will you wake up?!"




*Nona kecil...terimakasih untuk membangunkanku malam tadi*

March 22, 2009

Sunday, someday..

Sunday , someday...
(I wish it's this sunday)
Wish it'd be ordinary sunday..
ordinary lazy day...


ah bukan hari ini. Aku masih harus berkeluh kesah lagi tentang segala gulana diri tentang benteng diam berkarat sepi beban yang berduyunduyun datang. Ah memang bukan hari ini memang masih ada mentari, tapi bukannya cuma menghangatkan ,melemah ditimpa dentum mesin berdentam. Osilasi yang tak pasti. Mimpi mimpi orang terdeviasi. Ah tak bisa disini kuletakkan semua ekspektasi? ritme peluh dan segala sesak : tak pantaskah aku bila berhenti berharap? [ah mana terlihat semua takut yang ingin ditutupi?]


ah kau tak mengerti
(atau mungkin memang tak mau?)
ah kau tak disini
(selalu saja tercuri waktu)
atau..
memang aku si badut pembohong?
yang mencoreng muka warna warni
hingga tak lagi terlihat pedih diri?
[dan seperti biasa tak dipercaya..
badut pembohong terus saja dibuat bengong..]

ah susah sekali mengharapkan merintis hari menambal satu satu memar biru di plester warna warni ah sulit sekali membayangkan sunyata pagi memaksa kepala tertunduk lelah untuk berdiri menulikan telinga dari semua caci padahal hanya ingin satu hari...

[dan di sayup lagu cengeng kudengar ia memaki]

it's someday,
someday...

one day..


suatu hari dimana kala terbangun bisa kubermalas sejenak hingga mentari menciumi dan berjingkat mencuri masuk selimut satu hari dimana kepul uap teh dan roti coklat serta tawa dan canda, ah mari beristirahat di sofa! suatu hari dimana tak lagi ada runtukku yang kemaruk ingin bahagia.. suatu hari dimana (mungkin) mimpi terkabul dan bisa mendekapmu sesukaku, menciumi raut pagi semauku dan bersandar di hari minggu...


I wish it's sunday, ordinary day,

Sunday , someday...
(I wish it's this sunday)
someday, sunday....






*wondering...when my someday, sunday will be....*

March 15, 2009

The Death of Sleeping Beauty



"Mereka bercerita terlalu banyak tentangku, tapi kurasa kau sudah tahu"

kau masih tertidur. persis seperti apa yang dikatakan di dongeng dongeng tua, aku bisa menemuimu di menara kastil tua yang terlupakan, seperti orang orang kota yang melupakan rembulan demi memandang kembang api dan kerlap lampu gas warna warni

[kau tahu, orang orang kota itu membosankan. mereka tak percaya mimpi. tak sepertimu yang menjadi bagian dari cerita peri]

"Mengapa kau tetap indah?"

ah... dalam wajah pucat tertidurmu, segar wangi langitmu masih bisa dikecap. Tak tahukah dulu, dari balik bayangan malam, aku sering mengintipmu diamdiam, kau yang bersenandung selembut langit yang kau pijak. Tak mengerti aku mengapa kau tanggalkan kedua sayapmu hanya untuknya, si manusia bumi tak berguna. Bahkan kini dillelapmu bisa kubaca satu pengharapan perih rindu.

"Sssh. Semua akan baikbaik saja walau akhirnya tak selalu bahagia"

kau masih terlelap. Tapi aku bukan berbicara pada ragamu melainkan pada jiwamu...Suara suara yang mengapung dan terbangun, mengawang masih menanti sebentuk cinta. Ah, seandainya saja aku datang terlebih dahulu -tapi aku takmungkin datang bila belum waktumu- Tapi kau, kau yang dengan bodohnya mau saja menjadi manusia, melepas sayap keemasanmu, lalu merelakan diri dikutuk hingga lelap terantuk fana, hanya demi menunggunya.

"Ia tak akan datang, tapi aku adalah kepastian untuk semua yang tak abadi"
[dan kini dirimu bukan lagi bidadari..]

[Hhh. ia. yang menyerah di belantara ketika monster berduri mencekiknya dan si penyihir menjebaknya di rawa penuh curiga dan makhluk makhluk lentera - ia, yang untuknya dirimu tak akan pernah cukup untuk membakar jiwa. Ia yang akhirnya lebih memilih kenyamanan pinggir desa -ah mana ia tahu kalau perempuanperempuan dari pinggiran di bar itu hanya ingin jadi permaisurinya tanpa peduli cinta- daripada mesti menyobek lagi kulit pualamnya demi menyebrangi belantara untuk sampai ke kastilmu. Hh..aku tak sabar menunggu waktuku kepadanya, karena saat itu akan kutunjukkan betapa menyesalnya ia tak menghunus pedang dan tamengnya untuk meyelamatkanmu]

" Maaf, kita harus berjumpa seperti ini.."

Aku mendekat. mengusap wajah pucatmu dan mata tertutupmu [ah, aku masih mengingat sinar mata terakhirmu ketika bidadari dulu], mengagumi bibir merahmu. [betapa terang dulu sinarmatamu sebelum diamdiam kau mencabik sayapmu, turun ke dunia dan menjelma bayi yang tumbuh menjadi putri jelita lalu dikutuk tertidur ,hanya untuk mengejar titisan jiwanya yang begitu kaupuja... Merelakan semua abadi demu satu rasa: kecupnya.. Merelakan sakit tak terperi demi mimpi suatu hari kau akan terbangun disisinya setelah bersemu semua cinta yang tertunda... Ah betapa memang kau ini melankoli?] Tapi itu mungkin wajar bagimu..kau...kau bidadari. Ah. Dan aku adalah makhluk yang tak boleh mencintai. Hh.. Tapi bagaimana bisa kuhilangkan mimpi tentang bibir merah bersemumu, yang sekarang hanya sejengkal dari wajahku?


"Maaf, karena bukan sang pangeran tampan [yang kaukira belahan jiwa] yang mengecupmu dan membuatmu terbangun dari tiduk nyenyak tanpa mimpimu.."


"Maaf, karena kecupan ini [yang mungkin satusatunya ciuman yang pernah kau kecap] harus datang dariku..Maaf jika ini bukan untuk mematahkan kutuk, tapi justru merengut fanamu..paling tidak..aku mencabut semua penderitaanmu.."


"Sst...Biarkan aku mengecupmu. Bukan hanya untuk menjalani takdirku sebagai sang pengakhir"


"Ah..Kau taktahu.. sudah separuh keabadian kuhabiskan membohongi semesta bahwa bibir ini tak menginginkan menciummu, sekali saja
"








Dan kematian mencium sang putri tidur.. Kecupan dalam, lamatlamat bara dan lama... seakan tiada ruang waktu yang berarti selain saat itu. Dan sang putri tak pernah terbangun. Tapi ia juga tak tertidur hampa tanpa mimpi lagi. Ah , mungkin ia sekali lagi menjelma bidadari...

March 14, 2009

The Lolipop Maker



Tengok sejatinya nurani
Kucairkan sebongkah rasa manis dari ruang sanubari
di tungku api yang terbakar rindu tak terperi
dimasak lamatlamat cermat sekali,
oleh waktu yang mempertemukan
[tapi juga menghancurkan]
Lalu semua lembut larutan..
ditambah pecik bumbu kecupan
ah bisa kauhidu wanginya
[seperti samar bau yang masih kurasa di vena dan aliran darahku]
memabukkan indera, menyiksa peka olfaktori jiwa
ah, lega yang menyesakkan, dan pedih yang membebaskan
tak pernah bisa kita coba definisikan apa itu wangi cinta bukan?

Awas, ada panas dan sedikit uap yang membutakan saat ia benar benar matang!
membaurkan batas logika, mimpi, kemustahilan dan impulsivitas
merajang semua yang kaurasa kau tahu tentang nyata dan maya menjadi relativitas
rasakan panasnya yang membakar kulit, seperti hasrat malam yang tak pernah puas
[mereka bilang, selalu hati hati dengan hati...]

Lalu semua pekat manis karamel asa
dituang dalam satu kerangka rapuh bernama asmara
[ah hati hati meletakkannya : kadang ia mudah patah oleh cemburu dan prasangka..]
Lihat kala ia mulai mengisi ruang dan menemukan bentuk..
[seperti waktu itu kita lihat awan yang membentuk semburat lembut bingkai senja]
dan menguat saat ditopang satu kokoh rasa percaya
[atau pada mimpi mau tak mau kita dipaksa percaya 'happy ending' itu ada?]
ah, tak pernah akan ada dua gula gula rasa cinta yang sama,
kujamin padamu...

Ini, satu hati manis berbilur cinta
[kudengar penghuni langit suka pada semua yang terasa manis..]
kuacungkan agar bisa kau lihat dari ketinggianmu disana
Agar kau lihat - ini aku tetap tegak dibumi mencintai
Lihat! ada satu hati memerah bersemu manis untukmu!

Pada sinar langit senja ini...
[ia lembayung, ah tapi tak pernah benarbenar kita perhatikan senja ketika kita bersama bukan? Karena cukum redup temaram dan kecupan - tapi ketika bayu berhasil menarik sayapmu lagi pergi ke awan besar itu, maka apalagi yang bisa kulakukan?]




Lihatkah kau, malaikatku, dari langit tinggimu?
Kuacungkan sebentuk cinta senja ini...

March 12, 2009

Friday, I'm in Love

504 jam....

Sang bayu menghantarku ke pelukmu.
(setelah kupaksa dan kuancam waktu dengan sembilu ke nadi berdetaknya : terik kerontang hati harus menemukan segara. dan bila mata air pelipur pedihku ada di sebrang samudra, biar kemana juga, bawa helai jiwa ini bertiup ke pelukannya! aku tak peduli bila datang penuh peluh tanpa sempat berdandan, toh sudah terlalu haus kerongkongan ini dan sang pecinta ingin melihatku apa adanya. Jadi peduli apa! Cepat, terbangkan sayap lemah ini ke dekapnya!)

Dan kau disana. Menanti, menghangatkan jiwa yang akhirnya terdekap. Meski seribu mata memandang saat aku memeluk, mengecup, memuasakan dahaga dan remeh rindu yang jadi kerikil tajam kala melangkah. Ah kini tak perlu khawatir apa apa bukan?Mari, untuk detik waktu sesedikit ini, kita bermanja pada cahaya fajar dan senja...

336 jam...

Ah...kali ini sang bayu berbaik hati membawa jiwa perindumu padaku. Takkah kau lihat betapa sumringahnya senyum dan berbinarnya mata kala jiwa bertemu kepingan puzzlenya yang hilang ditelan semesta waktu dan jarak? Ah maaf harus menyeretmu ke kesunyian ini, dimana kau setengah bercanda meledekku, apa yang bisa dilakukan di tengah sepi? Tapi untukmu, biar kuciptakan satu dunia ruang hangat penuh kepul uap teh, wangi nasi hangat dan kicau berita olahraga pagi. Tak lupa senandung kecilku dan ramai hati berkicau riang karena adamu nyata.

Sempurna sekali semua sejati : syahdu malam saat tiap jengkalmu ada dalam memoriku, kupatri kuatkuat agar tak ada yang lekang dimakan sang penjahat waktu. Kuhidu kuat kuat lamat wangimu agar pada jam jam sepiku semua hampa terpenuhi rindu. Kumanja dirimu, dan kita terpesona pada satu getar halus yang membisik pelan pada hasrat yang seribu malampun akan terus menggelegak..

168 jam..

Saat lagilagi kau, malaikatku, sudi turun ke bumi dan menyapa lagi. Mengisi hari sepi dan membalut luka yang biru tergilas rindu. Menyalakan malam dengan redup temaram jutaan cahaya lilin dan hujan ciuman. Ah, sebegitu baikhatikah bayu, takdir dan waktu padaku? Hingga bersedia semua jadi sunyata kala heningmu mengecup keningku. Kala aku rebah di kokoh pundakmu. Menikmati dunia yang hanya milik kita, berputar pada revolusi selai coklat-roti pagi-teh kayumanis-kecipak air-peluh penat-dan musi opera. Betapa ini surga? ah...

Ah seperti segala sesuatu, fana. Tapi biarkan kesementaraanmu kunikmati pelan pelan, takkan kuhabiskan hingga bayu dengan kejamnya meniup sayap besarmu keseberang samudra sana, dan lagi lagi kerontang rindu dan terik akan menyiksa sanubari hingga hampir kering ia nanti.. Maka kini, kutiup satu lagi gelembung sabun memori, kupandang hingga pedih mata ini lalu kubekukan, kusimpan rahasia di satu ruang hati yang penuh manis perih memorimu...






*kangen semua jum'at...*

March 11, 2009

A Day Dream Note..

tuk ..
tuk ..
tuk ..
terkantuk kantuk....

[dibalik samudra sana, apa dia dibuai oleh semilir siang yang sama?]

mulai pudar berpendar semua nyata saat rasa kantuk mulai meraja, tapi mengapa ada bayangmu yang mulai menjelma danjadi aksara berterbangan yang mulai kueja? ah racau ini, bunga tidur dan kepala yang sudah berat menahan kantuk, atau ini cuma imaji? Fatamorgana sosokmu yang terlalu kurindu? tapi samar kulihat kau di satu ujung cahaya, mebuka lenganmu lebar seperti tiapkali kita bertemu lalu merengkuhku hangat dan lama.. lalu mengecup bibirku lamat lamat biar api yang terbakar dihati menyala , seterang nurani... lalu kusandarkan semua lelah di bahumu dan menyesap saripatimu, wangimu yang bisa kurasakan mengalir di tiap detak nadi hingga menggeletarkan tiap ujung saraf dan mengantar bahagia ke tiap sela sinyal neuron yang meledakledak seperti rasa kala dua energi kita yang terlalu merindukan saling bertemu.. seperti sepi yang menghingar pada desau belai tiap kali satu serpih jiwa terepih..Ah, mimpi siang harikah ini?Masa bodo ini mimpi atau lamunan kosong, selama disana bisa sedikit kutemukan jejakmu...

tuk..
tuk..
terkantuk..
ah, hati yang terantuk..
rindu...

Candle [moon] light

Moon river...
wider than a mile..


Hutan hujan cahaya lilin yang kau nyalakan.
Dan syahdu wangi , apa itu kalau bukan cinta yang temaram?
senyum merekahmu adalah gemericik air yang rindu bermetamorfosa
menyublim menguap dan meresap ke pori pori rindu akan tiap jengkal hangatmu
lalu menjelma hujan yang membasahi, kala aku mengecupmu pelan...

Two drifters off to see the world.
There's such a lot of world to see.

atau itu rindu yang tersamar di tiap kerlip buih..
terefleksi pelangi di tiap gelembung warnawarni hati..
ah biar kita bersandar pada lembut gelembungnya
yang mungkin maya, tapi malam ini saja, biar aku tenggelam dalam bening sejatimu
dan mencari satu jalan ke purnama tempat matahari memberi semua sinarnya..

We're after the same rainbow's end--
waiting 'round the bend,

sudikah sekali lagi saja,
biar kita berdua terlena dalam kepul hangat uap
dan desah kala pelukan menjelma dan nirwana adalah nyata...
senyata pelangi di bayang gelembung air dan semakna kecupan hujan...

my huckleberry friend,
Moon River and me...

Maka biarkan aku mengenang
dan bermimpi :

tentangmu
dan semua malaikat yang bersenandung di surga
kala takbisa kulupa nikmatnya haus rindu saat dihadirmu tirtaku...

March 4, 2009

Tribute to Earth Hour

Mati
Biar padam semua congkak hati
dan kemarahan
dan kesombongan
dan purapura yang merajalela di terang lampu kota
palsu, mengusir rembulan, bintang ke pelosok desa

maka
Mati.
Mari sepi
biar redup semua tingggi hati
dan jelaga semua dalam diam gelap

Mari sepi,
mari mati
biar dalam gelap..
biar dalam tiadanya lampu terang artifisial
dan semua kemunafikan, gilap gemintang yang fana,

biar dalam gelap
(yang hanya sementara)
bisa kita lihat redup cahaya nurani
yang sayup sayup menelusup
membangunkan diri:

kali ini, sejam saja,
mari matikan semua yang menyakiti
lalu pada gelap, jujur pada diri sendiri
dan sebentar saja, hening pada bumi...







*Support earth hour indonesia! dukung Earth Hour Indonesia yang bakal dilaksanakan hari Sabtu, 28 Maret 2009 nanti... Caranya ternyata simple banget, yaitu dengan mematikan lampu 1 jam aja, yaitu dari jam 20.30 - 21.30 :) Vote for earth!*

My Morning Tea...

Hangat...

Ah, tiap pagi kau memeluk dari ujungsana
betapa anehnya, kukira getar suara tak akan bisa pernah semenenangkan ini
tapi ternyata setiap katamu yang beresonansi selalu merengkuh menyelimuti

Seperti hati yang mengepul pelan
dan suara pagi yang kau dengungkan dari sana
bercampuraduk pelan dengan asa dan rasa
dan lembut sapamu dari pulau sana
dan kuat cinta yang selalu menjaga
dan lembut manis rindu yang selalu meraja

kau:
yang cuma ingin bilang, selamat pagi sayang
semoga apapun warna langitmu, semua baikbaik saja...


Dan satu lagu sendu mengalun sedih pagi ini :


You know how i am not a morning person...
and will never be one...

but if someday I wake up in my bed..
and the first one I see everyday is your calming sleeping face
I'd give up anything, any any thing
any single thing in eternity
to be awake earlier every dawn
to cerish your single existance...

and prepare you a nice puffing warm breakfast,
and a fresh yoghurt with a danish bread,
and kisses, and kisses, and kisses...

I'll be as morning person as I can be..
cause by then,
I wont even need my morning tea..



kurasa aku larut,
seperti serpih gulagula yang melebur
diharum kayumanis, apel kismis
dan teh pagi hari ini..

Ode: Kamar..

The frolicking rain...

seperti doamu tadi malam,
aku nyenyak dalam damai tak peduli diluar badai
rima hujan menyelimuti lelapku dan udara dingin menciumi kulitku
(takkan kah kau cemburu?)


dan bangun, mendapati ruang hampa dan mencari aroma tubuhmu yang tertinggal di jejak sekecil apapun di helai udara. Mencoba membunuh kosong yang kau ciptakan saat kau menciumi keningku sore itu dan mengusap airmata yang menitik pada satu ucapan sampai jumpa. Ah, tak ada gunanya aku bermimpi kau takkan pergi. Karena hangat saatku berkeluk di selimut sendiri malah menjelma pedih, mencari satu terang purnama yang hilang disisi. Seperti wangi yang berusaha kutemukan lagi, saatsaat kurebahkan kepalaku dibahumu dan tak peduli carut marut dunia diluar sana - kita berkelindan pada jumput rasa yang membuatku selalu ingin menciumimu, meraba tiap inci dirimu, mengusap lembutmu dan merasakan adamu agar kutahu setidaknya sebentar ini adalah nyata dan bukan fatamorgana. Dan pada hening waktu yang selalu mencurimu dariku, kita berpegang sebentar, saling memandang pada sunyata yang tercipta kala dua jiwa melebur menggapai nirwana walau setelah itu jarak membuat semua menjelaga. . dan rindu ini akan terus menggelegak menjadi dahaga seperti dimana sedikit percik api bisa membakar menerangi malam kita. Dimana redup mentari bertemu purnama pada gerhana, dan kureguk dirimu hingga tandas, habis tak bersisa sampai aku perih bahagia...Dan remang kamar ini tak akan pernah hampa..



Tak seperti malam tadi dimana pada sepi aku berselimut mimpi. Malam ini cuma sepi tak tahu diri yang mengejek. Tawanya terpantul di dinding saat aku meruntuki lelah hari. Menatap keluar dan bulan sabitmu masih sembunyi di mega yang mengantarkan rintik, meninabobokanku sambil meniupkan hujan dan doa yang kau kirim dari tepi sana. Kau masih menjaga, aku masih mencinta. Dan dari jauh sana masih kau kecupkan kisah tentang hari yang mungkin nanti akan berbaikhati menumbuhkan perjumpaan..dan aku meracau pelan tentang matahari yang akan sembunyi esok karena gulana ditinggal rindu. Dan kau tetap disana, sabar mendengarkan sambil kau menungguiku terlelap, menyenandungkan satu lagu tidur yang diujungnya ada senyuman terulas....merepih sosok cinta teresonansikan hujan...






The frolicking loneliness, ryhming with the solitude of storm...






*hujansemalamdankamarsepitanpakekasihhati*