My blog has moved!

You should be automatically redirected in 6 seconds. If not, visit
http://balonwarnawarni.wordpress.com
and update your bookmarks.

expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

March 15, 2009

The Death of Sleeping Beauty



"Mereka bercerita terlalu banyak tentangku, tapi kurasa kau sudah tahu"

kau masih tertidur. persis seperti apa yang dikatakan di dongeng dongeng tua, aku bisa menemuimu di menara kastil tua yang terlupakan, seperti orang orang kota yang melupakan rembulan demi memandang kembang api dan kerlap lampu gas warna warni

[kau tahu, orang orang kota itu membosankan. mereka tak percaya mimpi. tak sepertimu yang menjadi bagian dari cerita peri]

"Mengapa kau tetap indah?"

ah... dalam wajah pucat tertidurmu, segar wangi langitmu masih bisa dikecap. Tak tahukah dulu, dari balik bayangan malam, aku sering mengintipmu diamdiam, kau yang bersenandung selembut langit yang kau pijak. Tak mengerti aku mengapa kau tanggalkan kedua sayapmu hanya untuknya, si manusia bumi tak berguna. Bahkan kini dillelapmu bisa kubaca satu pengharapan perih rindu.

"Sssh. Semua akan baikbaik saja walau akhirnya tak selalu bahagia"

kau masih terlelap. Tapi aku bukan berbicara pada ragamu melainkan pada jiwamu...Suara suara yang mengapung dan terbangun, mengawang masih menanti sebentuk cinta. Ah, seandainya saja aku datang terlebih dahulu -tapi aku takmungkin datang bila belum waktumu- Tapi kau, kau yang dengan bodohnya mau saja menjadi manusia, melepas sayap keemasanmu, lalu merelakan diri dikutuk hingga lelap terantuk fana, hanya demi menunggunya.

"Ia tak akan datang, tapi aku adalah kepastian untuk semua yang tak abadi"
[dan kini dirimu bukan lagi bidadari..]

[Hhh. ia. yang menyerah di belantara ketika monster berduri mencekiknya dan si penyihir menjebaknya di rawa penuh curiga dan makhluk makhluk lentera - ia, yang untuknya dirimu tak akan pernah cukup untuk membakar jiwa. Ia yang akhirnya lebih memilih kenyamanan pinggir desa -ah mana ia tahu kalau perempuanperempuan dari pinggiran di bar itu hanya ingin jadi permaisurinya tanpa peduli cinta- daripada mesti menyobek lagi kulit pualamnya demi menyebrangi belantara untuk sampai ke kastilmu. Hh..aku tak sabar menunggu waktuku kepadanya, karena saat itu akan kutunjukkan betapa menyesalnya ia tak menghunus pedang dan tamengnya untuk meyelamatkanmu]

" Maaf, kita harus berjumpa seperti ini.."

Aku mendekat. mengusap wajah pucatmu dan mata tertutupmu [ah, aku masih mengingat sinar mata terakhirmu ketika bidadari dulu], mengagumi bibir merahmu. [betapa terang dulu sinarmatamu sebelum diamdiam kau mencabik sayapmu, turun ke dunia dan menjelma bayi yang tumbuh menjadi putri jelita lalu dikutuk tertidur ,hanya untuk mengejar titisan jiwanya yang begitu kaupuja... Merelakan semua abadi demu satu rasa: kecupnya.. Merelakan sakit tak terperi demi mimpi suatu hari kau akan terbangun disisinya setelah bersemu semua cinta yang tertunda... Ah betapa memang kau ini melankoli?] Tapi itu mungkin wajar bagimu..kau...kau bidadari. Ah. Dan aku adalah makhluk yang tak boleh mencintai. Hh.. Tapi bagaimana bisa kuhilangkan mimpi tentang bibir merah bersemumu, yang sekarang hanya sejengkal dari wajahku?


"Maaf, karena bukan sang pangeran tampan [yang kaukira belahan jiwa] yang mengecupmu dan membuatmu terbangun dari tiduk nyenyak tanpa mimpimu.."


"Maaf, karena kecupan ini [yang mungkin satusatunya ciuman yang pernah kau kecap] harus datang dariku..Maaf jika ini bukan untuk mematahkan kutuk, tapi justru merengut fanamu..paling tidak..aku mencabut semua penderitaanmu.."


"Sst...Biarkan aku mengecupmu. Bukan hanya untuk menjalani takdirku sebagai sang pengakhir"


"Ah..Kau taktahu.. sudah separuh keabadian kuhabiskan membohongi semesta bahwa bibir ini tak menginginkan menciummu, sekali saja
"








Dan kematian mencium sang putri tidur.. Kecupan dalam, lamatlamat bara dan lama... seakan tiada ruang waktu yang berarti selain saat itu. Dan sang putri tak pernah terbangun. Tapi ia juga tak tertidur hampa tanpa mimpi lagi. Ah , mungkin ia sekali lagi menjelma bidadari...

No comments: