My blog has moved!

You should be automatically redirected in 6 seconds. If not, visit
http://balonwarnawarni.wordpress.com
and update your bookmarks.

expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

January 16, 2009

One dialogue drama

Mereka bertemu di pusat labirin. Kala sudah lelah menyusuri banyak persimpangan, dengan lutut terluka karena terlalu banyak tersandung, dan debu menempel karena pernah tersesat dan jatuh. Dengan sejuta tak percaya dan tuntutan. Dengan tangan yang memegang belati dan sayap yang compang camping , separuh terkoyak. Dengan darah di raga yang tergores duri dan ranting tajam. Mereka saling melihat ke dalam danau sinar mata dan menemukan belahan puzzle yang hilang disana. Tapi nyata bukan hanya cinta - tapi juga sinisme tanya......


A :

Kukupas semua luka demi ketersediaan untuk mencinta, setelah carut marut masa laluku mendamparkan aku di pangkuanmu. Hampir habis dayaku, dan kini yang tersisa adalah sedikit ketakziman pada lembutmu, dan kesungguhan untuk menyayangi dan tak mengulang semua pedih yang dulu nyata. Hampir habis cintaku kecuali sejumput kecil yang tulus, untukmu. Aku tahu aku menyiakannya pada cerita lampau dan sosok sosok datang yang kukira takkan pernah pergi. Dan kini aku, memperjuangkanmu untuk setitik restu. Mereka hanya terlalu takut aku terluka lagi...Walaupun hal terakhir yang ingin kulakukan adalah menyakiti mereka yang menyayangiku (selain kamu). Tak peduli itu menyerah pada semua impulse dan berlari untuk hinggap di pundak halusmu... Hanya ingin kamu tahu, aku berusaha. Dan aku mencinta... Maka berhentilah, kumohon, berhentilah mempertanyakan mengapa dayaku hanya sebatas ini dn mengapa kau tak kuangkat ke permukaan..karena waktu harus diadaptasi, dan kuyakin kau bisa menunggu hingga aku bisa mengumandangkan namamu dengan lantang ke seisi dunia..


B :

Bagaimana aku tahu kau mencintaiku saat masih menengok pada puluhan bayang masa lalu yang memberatkan pundakmu? ketika aku melepas semua rantai besi yang bergelantungan dipundakku dari masa lalu saat merengkuhmu, mengapa aku kalah pada bayangan? Yang masih mengejawantah dan menjajah, padahal kau hidup pada siang benderangku. Karena aku lelah dengan semua kisah yang harus berakhir dengan sang kekasih yang pergi. Lalu mengapa kau harus menyembunyikanku di relung dan disejajarkan bayangan? Aku cintamu dan siangmu, maka pada mereka, harusnya kau biarkan aku memancarkan terangku yang merindumu...tak pedulu waktu. Aku menemukanmu di satu pasir putih, saat aku menghapus airmata. Kubuka lenganku lebar lebar dan merengkuh cinta : yang bisa berbalik menjadi jerat jaring laba laba yang menyesakkan kala ia tak lagi dinanti. Ah, aku hanya ingin menggandeng tanganmu di siang hari, menciummu tanpa harus malu dan berkata pada seisi dunia aku mencintaimu...



"Biar waktu yang menjawab"

"Klise. bukan soalan waktu, tapi perjuangan"






-dan seberapa sabar daya cinta-

1 comment:

Dicky - answerlieswithin- said...

Aku harus bersabar dan lebih bersabar...ketika pada saatnya menyerah pada waktu dan Penguasanya...

Berharap koefisien itu bisa berubah karena kesadaran dan karena berkah...sebab dia adalah berkah terbesar bagi hidupku...

Mungkinkah?