My blog has moved!

You should be automatically redirected in 6 seconds. If not, visit
http://balonwarnawarni.wordpress.com
and update your bookmarks.

expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

March 28, 2008

[The Shooting Star]



Aku terkadang terdiam menatap bima sakti dari jendelaku. Berharap melebur dengan kerlip. Iri pada cahaya. Jiwa kecil, disindir jutaan terang yang membius. Dan kincir nasib kejam yang seakan tak ada, jadi semu dan waktu bisu. Aku terkadang terdiam, menatap bima sakti dari jendelaku. Berharap melebur dengan kerlip, berharap pada karma, aku jadi satu debu bintang..lebur di sunyi agung sinaran, diam diam mencuri kerling pada sang supernova dan berhenti di kuburan bintang mati.

Dan sang nasib kali ini berbaik hati, padaku yang diledek malam dan ditertawakan kunang-kunang.

[blast! Ia lewat berkelabat!]
[bintang jatuh, ucapkan inginmu!]

(Bagaimana bila...aku tak ingin apa-apa kecuali bintang jatuh itu? )

bisik harap...rapal doa pelan pelan

Dan kerlip menjelma
tepat didepanku...
tanpa memberi tahu.

Dan ia cahaya
Dan ia ada, (Padahal kukira ia cuma dongeng belaka)
Mengecupku lembut,
memeluk hangat di satu buai sinaran
Menyentuh lembut, selembut rahasia

Dan ia berbaring disampingku,
menggambar padang bintang di langit langit kamar
lalu tertawa,
dan mencumbuku di satu sunyi
tak terdefinisi
Ia:

Dan ia bernyanyi
Irama yang tak didengar,lirik yang sesumbar
Andai ia tahu inginnya kucuri nada
Ngelangut di hangat sinar matanya, di lembut bibirnya

Inginnya kututup kelambu,
segel waktu
biar gelap, hanya ia yang menyinari
biar tak ada esok, cahaya bintang tak terganti mentari
bintang jatuh tak harus pergi

Tapi ia cahaya,
berkelabat masuk,
mencuri jiwa
lalu pergi seenaknya...

Dan ia cahaya....
Tak terepih...

Dan ia cahaya,
harap yang dikabulkan...

Bintang jatuh
melesat cepat
tak singgah lama di bumi
tapi ia cahaya,
jejaknya sengat, bakar hati
lalu hilang
dan gelap lagi

Katanya,
Kenang setiap detik terang
ia mutiara, simpan di peti harta karun kecilmu
yang kau intip diam diam saat gelap meyerbu
dan kau lupa seperti apa hangat lembut cahaya
yang mengecup kening saat lelah menyerang

Ia, cahaya...
Bintang jatuh
hilang
pulang

Aku (masih) terkadang terdiam menatap bima sakti dari jendelaku..Berharap jalinan ulir takdir meleburku dengan kerlip. .seperti yang diam diam masih kusimpan erat di kotak rahasia sudut mati jiwa..



(Agar tak cuma ia yang cahaya...)

1 comment:

My Private Escape said...

nice poetry... who inspired the great word? :P