“Aku tak ingin melihatmu menangis…”
dan kata seperti biasa tak terucap tapi terjelma
kau merengkuh sulur jiwa, pelan dan hati hati
ah, bukankah ia dulu terinjak tercampak luka
Hangus habis terbakar kelam masa dulu
Hingga ke akarnya, diam malu malu sembunyi
Adakah sulur menjangkau pusat semesta lagi?
Tapi bagimu akan selalu ada benih kehijauan di tiap gersang hati yang patah arang
Dan dengan sabar kau tuangkan hatimu
[walau kita sama sama tahu kau terluka lebih dalam daripadaku]
menyiramiku dengan sentuhan tulus dan lembut doa malam hari
membasuh kelamku, menggantinya dengan kunangkunang di ujung jemari
dan selalu dapat kudengar samar kau bernyanyi..
"bertumbuhlah..
tersenyumlah..”
“kuletakkan kubah kaca agar pucuk daun pertamamu terlindung dari air mata
kusematkan hangat di putik awalmu, agar bersemi lembaran baru
maka bertumbuhlah,
hujamkan akarmu di bumiku
bertumbuhlah hingga ujung sulurmu mencapai pusat semesta..
dan akan kau lihat, sebulir bintang baru bertumbuh darimu..”
Because love nurtures…
No comments:
Post a Comment