seperti doamu tadi malam,
aku nyenyak dalam damai tak peduli diluar badai
rima hujan menyelimuti lelapku dan udara dingin menciumi kulitku
(takkan kah kau cemburu?)
dan bangun, mendapati ruang hampa dan mencari aroma tubuhmu yang tertinggal di jejak sekecil apapun di helai udara. Mencoba membunuh kosong yang kau ciptakan saat kau menciumi keningku sore itu dan mengusap airmata yang menitik pada satu ucapan sampai jumpa. Ah, tak ada gunanya aku bermimpi kau takkan pergi. Karena hangat saatku berkeluk di selimut sendiri malah menjelma pedih, mencari satu terang purnama yang hilang disisi. Seperti wangi yang berusaha kutemukan lagi, saatsaat kurebahkan kepalaku dibahumu dan tak peduli carut marut dunia diluar sana - kita berkelindan pada jumput rasa yang membuatku selalu ingin menciumimu, meraba tiap inci dirimu, mengusap lembutmu dan merasakan adamu agar kutahu setidaknya sebentar ini adalah nyata dan bukan fatamorgana. Dan pada hening waktu yang selalu mencurimu dariku, kita berpegang sebentar, saling memandang pada sunyata yang tercipta kala dua jiwa melebur menggapai nirwana walau setelah itu jarak membuat semua menjelaga. . dan rindu ini akan terus menggelegak menjadi dahaga seperti dimana sedikit percik api bisa membakar menerangi malam kita. Dimana redup mentari bertemu purnama pada gerhana, dan kureguk dirimu hingga tandas, habis tak bersisa sampai aku perih bahagia...Dan remang kamar ini tak akan pernah hampa..
Tak seperti malam tadi dimana pada sepi aku berselimut mimpi. Malam ini cuma sepi tak tahu diri yang mengejek. Tawanya terpantul di dinding saat aku meruntuki lelah hari. Menatap keluar dan bulan sabitmu masih sembunyi di mega yang mengantarkan rintik, meninabobokanku sambil meniupkan hujan dan doa yang kau kirim dari tepi sana. Kau masih menjaga, aku masih mencinta. Dan dari jauh sana masih kau kecupkan kisah tentang hari yang mungkin nanti akan berbaikhati menumbuhkan perjumpaan..dan aku meracau pelan tentang matahari yang akan sembunyi esok karena gulana ditinggal rindu. Dan kau tetap disana, sabar mendengarkan sambil kau menungguiku terlelap, menyenandungkan satu lagu tidur yang diujungnya ada senyuman terulas....merepih sosok cinta teresonansikan hujan...
The frolicking loneliness, ryhming with the solitude of storm...
*hujansemalamdankamarsepitanpakekasihhati*
Tak seperti malam tadi dimana pada sepi aku berselimut mimpi. Malam ini cuma sepi tak tahu diri yang mengejek. Tawanya terpantul di dinding saat aku meruntuki lelah hari. Menatap keluar dan bulan sabitmu masih sembunyi di mega yang mengantarkan rintik, meninabobokanku sambil meniupkan hujan dan doa yang kau kirim dari tepi sana. Kau masih menjaga, aku masih mencinta. Dan dari jauh sana masih kau kecupkan kisah tentang hari yang mungkin nanti akan berbaikhati menumbuhkan perjumpaan..dan aku meracau pelan tentang matahari yang akan sembunyi esok karena gulana ditinggal rindu. Dan kau tetap disana, sabar mendengarkan sambil kau menungguiku terlelap, menyenandungkan satu lagu tidur yang diujungnya ada senyuman terulas....merepih sosok cinta teresonansikan hujan...
The frolicking loneliness, ryhming with the solitude of storm...
*hujansemalamdankamarsepitanpakekasihhati*
No comments:
Post a Comment