Sang dewi, maafkan aku.
Tapi aku mencintai ksatriamu....
Tak peduli di masa lalu ia berdarah dan berpeluh saat memanjat ke kuil bintangmu,
Tak peduli ia (mungkin) masih menyimpan serpih asteroidmu
Tak peduli berapa banyak luas ruang maya yang ia sisakan untukmu
Dan kala satu masa,
aku tahu kau merajut semesta untuknya
dikala jerat cahaya dan semua
untuk menaut hatinya dan mengecup lelahnya
dikala cinta menasbih di semua musim dunia
untuk halusnya rasa, dan ia untukmu
dikala pada rahim cakrawala sayap sayap ikarus dikembangkan
menuju waktu, yang tak terdefinisi antara sanubarimu dan dirinya
Maka maafkan aku...
Dan kini, bolehkan aku tersanjung pada satu senyumnya
dan bait bait sajaknya dari ufuk sana
dan samar rindu yang terpanah untuk aku, yang hanya manusia
Masih saja kutahu, takkan kubisa kalahkan pesonamu
yang rinai di tiap nafasnya yang deru di bayangmu, duhai sang dewi...
Tapi aku, yang tak setinggi puncakmu...
mencintainya lebih tinggi dari puncak halimun manapun di bumi
mencintainya hingga sanggup menggigil berjalan hingga lepuh
mencintainya hingga sanggup merentang jarak dan mata angin
mencintainya hingga mematikan rasa hati pada semua masa lalunya
mencintainya hingga tak tahu lagi apa
mencintainya, yang di pundaknya masih ada kuasamu.....
Maka sang dewi, maafkan aku.
Tapi aku mencintai ksatriamu....
No comments:
Post a Comment