Bulir tetes hujan berdesakan memenuhi jendela..
Jatuh satusatu terseka luka
Adakah itu airmata?
Dan jengahkah menunggu, pada suatu ketika dimana semua kabut tipis tersibak?
Kala itu, masihkah bermimpi berjalan pada peraduan hutan pinus ?
Ah jiwa peragu.
Gugur di puncak.
Tak menanti?
Meresapi dekapan bayu yang menggigiti tulang...
Adakah di ujung hari yang menua masih ia rengkuh matari sambil berbisik nina bobo dan jangan bermimpi?
[Mungkin tidak, setelah ia mengusir semua pergi]
Mencari titik untuk tanya.
Mencari perih untuk disibakkan
Dulu, aku pernah sekali bertanya
Adakah aku venus di langitnya
Adakah untuknya, aku sang dewi yang lelah bermimpi?
[dan aku takkan pernah bisa, bukan?]
Maaf untuk meragu.
Sore ini juga minta maaf, untuk derau gerimismu...
No comments:
Post a Comment