bagaimana aku mungkin menerka
tiap sel abu abu di relung kepalamu
dan sinyal neuron yang dikirimkan
hingga suatu saat kuberharap kau berkata, ini rasa
sedikit retak di jiwa,
saat luka merasa dilupakan
dan senja dulu di ilalang menjelma menjelas
tak bisa lagi bilang,
lupakan saja, kita tunggu rasa esok hari
bagaimana aku mungkin menerka
tiap misteri asa di ruang terdalam jiwa
dan sesuatu yang disebut suara hati
jadinya terdengar melankoli
sudah cukup lama, menunggu tanpa ada kata
dan embel embel yang bikin kita muak - bukan lagi waktunya berlelah
tapi toh masih saja, kugenggam bayangmu
di malam malam yang tersunyi
pesan dari ujung sana, tak pernah juga berkata:
tunggu aku.
No comments:
Post a Comment