Satu, Dua..
Sejenak, pejamkan mata
Tiga , Empat..
Ada hangat peluk yang mengerat
Lima, Enam..
Dan perlahan, kau jalinkan genggam
Tujuh, Delapan..
Membisikkan padaku sejumput nada masa depan
Sembilan..
Sambil berdoa, sekali lagi di pucuk waktu kugantungkan harapan
Sepuluh..
Tahu aku sedari awal hitungan 'satu', hatimu adalah tempat kulabuhkan sauh..
Menunggu kini. Bukan berhitung mundur, karena tak pernah sekalipun kita melangkah mundur. Tapi berhitung maju, menapaki anak tangga satu persatu, mempelajari tiap hikmah dan makna pada tiap langkah maju.
Dan aku lagi-lagi tersadar: Waktu mengajari dan mempersiapkan kita untuk nanti, untuk saat dimana tiba kita di satu perhentian tempat mengaitkan janji. Ia mengajari kita untuk bersabar, dan tidak pernah berhenti menyalakan suluh harap sambil berjuang. Pelan pelan saja melangkah, hati-hati dengan hati, katamu. Karena semua yang diracik perlahan dengan penuh ketelatenan, pada akhirnya akan lebih bermakna daripada semua yang sekedar instan.
Dan kini seiring derap ke depan, menanti satu momen kecil yang mungkin bagi dunia tak berarti, tapi bagiku menimbulkan sejuta kupu-kupu yang berterbangan di perutku.